May Of Thirty
Oleh
: Ichaca
30 Mei 2011
Nada Maya Sari. Gadis remaja yang sekarang sudah kelas VIII
SMP. Gadis yang baik, pintar, tapi rada cuek. Maya satu sekolah dengan kakaknya
yang lebih tua setahun darinya. Sebentar lagi, kakaknya, Kak Andi akan meninggalkan
sekolah tercinta.
Hari ini Andi mencari adik satu – satunya itu. Andi belum
mengucapkan ultah untuk adik tersayangnya karena tadi pagi Maya berangkat
duluan ke sekolah. Saat berjalan mencari adiknya, Andi menabrak seorang adik
kelasnya yang sedang membawa buku sampai bukunya berjatuhan. Andi melihat bed
lokasi kelasnya. “Kelas 8.” Gumam Andi. Andi membantu memungut buku –
buku adik kelasnya yang berserakan. Dia melihat buku yang terbuka. Di dalamnya,
ada sebuah biodata pemilik buku. Andi membaca sekilas. Tanggal Lahir : 30 Mei
1997. Tiba – tiba terlintas sebuah pikiran dalam benak Andi.
“Tanggal
lahirnya sama kayak adek gue. Aha! Gue ada ide cemerlang.” Gumam Andi dalam
hati.
“Maaf
kak. Gak sengaja. Tadi gak lihat jalan.” Kata adik kelasnya kepada Andi.
“Alex.
Wakil ketua OSIS? Gak sopan banget sama kakak kelas.” Andi berkata dengan
ketus.
“Maaf
kak!” kata Alex lagi. “Aku tau jabatan kamu Alex Dwi Putra. Tapi tadi itu
sangat tidak sopan. Kamu harus menebus kesalah kamu itu.” kata Andi.
Alex
keheranan mendengar perkataan Andi. Karena Alex merasa tidak melakukan
kesalahan yang sebegitu berat. Tapi Alex tetap menurut. “Apa yang harus saya
lakukan Kak?” tanya Alex pada Andi.
“Kamu
hari ini ulang tahun?” Andi balik bertanya pada Alex. “Er—em-iya kak.” Alex
menjawab dengan gugup.
“Kamu
cari anak kelas VIII juga yang ulang tahunnya hari ini juga. Sama kayak kamu.”
Perintah Andi. “Tapi Kak? Kalau gak ada?” “Pasti ada. Cepet cari dan bawa nanti
ke kelasku.”
Setelah itu Alex melakukan perintah Andi. Alex berkeliling
bertanya pada setiap kelas, sampai ada yang bilang kalau Alex kurang kerjaan. Akhirnya
di VIII-C Alex mendapatkan informasi.
“Ada
yang ulang tahun hari ini nggak di kelas ini?” tanya Alex.
“Ada.
Emangnya kenapa?” kata seorang siswi kelas itu.
“Siapa
namanya? Dan dimana orang nya?”
“Nada
Maya Sari. Lagi ke perpustakaan mungkin atau di kantin.” “Makasih.”
Alex segera mencari siswi bernama Nada Maya Sari. 15 menit
lagi bel masuk kelas, jadi Alex harus segera menemukan siswi itu. Alex sudah
keliling sekolah tapi tidak ketemu. Dan yang terakhir, Alex masuk ruang
laboratorium. “Ada yang namanya Nada Maya Sari gak di sini? Dari tadi keliling
sekolah tapi gak ada.” tanya Alex pada siswa yang ada di laboratorium. Seorang
siswi berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alex.
“Ada
apa wakil ketua OSIS mencariku?” tanya Maya pada Alex. “Anak kelas IX menyuruku
untuk mencari seseorang yang berulang tahun hari ini!” jawab Alex.
Maya mengernyitkan dahi. “Bodoh.” Maya tertawa. Maya
melanjutkan perkataannya. “Seorang wakil ketua OSIS mau....” “Stop memanggilku
wakil ketua OSIS. Nama ku Alex. Kalau gak keberatan, please ikut aku ke anak
kelas IX yang menyuruku tadi.” Dan Alex langsung membawa Maya ke Andi.
Tanpa pikir, Alex langsung menggamit tangan Maya dan menarik
Maya menuju kelas Andi. Tapi Maya langsung menepis tangan Alex. “Apaan pegang –
pegang!” kata Maya ketus. Alex tidak peduli dengan perkataan Maya dan berusaha
menggamit tangan Maya lagi. Maya yang tidak tau apa – apa jadi heran dengan apa
yang terjadi. “Pelan – pelan kenapa sih? Kasar banget jadi cowok! Ini tanganku
sakit.” Kata Maya mengeluh. Tapi Alex tetap tutup mulut dan menarik tangan Maya
sampai ke kelas Andi.
“Kelas
kak Andi?” gumam Maya dalam hati.
“Kak,
ini anak yang ultah hari ini.” Kata Alex sambil membawa Maya.
“Hey,
lepaskan tangan mu dari adik ku.” Kata Andi. Alex langsung melepaskan tangan
Maya.
“Kurang
kerjaan banget nyari aku pakek ngerjain wakil ketua OSIS lagi!” kata Maya pada
kakaknya. Alex diam tak mengerti apa yang diucapkan Maya.
“Gue
males nyari lu sendiri.” Kata Andi pada Maya. Andi meneruskan perkataannya.
“Makasih udah cariin adek gue May. Lu boleh pergi.” Kata Andi pada Alex. Belum
jauh Alex pergi, Andi berkata lagi. “Eh gue lupa.” Alex spontan langsung
menoleh pada Andi lagi. “Happy Birthday buat lu. Sorry udah ngerjain lu.” Kata
Andi dengan tulus, lalu Alex tersenyum sebagai tanda terimakasih dan langsung
pergi dari situ.
“Happy
Birthday?” tanya Maya tak mengerti. “Dia ultah hari ini juga. Makanya gue kerjain
sekalian.” Jawab Andi santai.
“Rese
banget sih. Pantesan dia tadi manggil aku di lab pakek nama lengkapku. Aku kira
ada apaaan wakil ketua OSIS nyariin aku. Berasa sok penting deh.” “Hahaha.”
“Ada
apaan nyari aku.” Tanya Maya. “Gakpapa sih May. Cuma mau ngasih selamat aja.”
“Gila.
Sumpah lu! Udah ganggu kegiatan aku, ngerjain adik kelas.. Cuma mau bilang gitu
doang?”
“Mm-hmm.”
“Udah aahh aku balik. Males ngomong sama lu.” Setelah itu Maya kembali ke
kelasnya karena bel masuk akan segera berbunyi.
---
Tahun ajaran baru sudah dimulai. Kali ini Maya sudah berada
di kelas IX SMP. Tahun terakhirnya di putih biru. Gak disangka, Alex kali ini
satu kelas dengan Maya. Awal semester, wali kelas yang baru memberikan sedikit
pidato. Bla.. bla.. bla..
“Awal
September nanti, sekolah kita akan mengadakan studi banding dengan sekolah
lain. Kelas ini, ada dua perwakilan yang ditunjuk sekolah. Alex Dwi Putra dan
Nada Maya Sari.” Maya spontan langsung mengacungkan tangan. “Iya Nada?” tanya
wali kelas. “Saya ikut? Kenapa? Alex wakil ketua OSIS. Tapi saya?”
“Nada..
ini keputusan sekolah. Saya tidak bisa memberikan penjelasan kenapa kamu ikut
terpilih. Ini hanya studi banding untuk pengamatan sekolah saja.” Maya langsung
diam setelah penjelasan itu. Dari awal masuk sekolah, Maya tidak pernah terlibat
keorganisasian. Berbeda dengan kakaknya yang selalu aktif dalam organisasi
apapun dan populer di sekolah mulai dari awal masuk sekolah.
“Kapan
kegiatan studi banding nya, Bu?” tanya May.
“Dua
minggu lagi.”
---
Setelah kegiatan studi banding, setiap siswa wajib
menyerahkan laporan observasi kepada pihak sekolah. Hari ini Maya mengumpulkan
tugasnya dan dititipi pesan oleh gurunya.
“Ada
yang bisa gue bantu?” tanya Maya yang melihat Alex sedang sibuk berkutat dengan
laptopnya. “Maksud lu?” Alex bertanya balik. “Katanya lu belom ngumpulin
laporan. Gue disuru bilang ke lu kalo harus cepet – cepet dikumpulin. Malah gue
suru bantu lu juga.” Kata Maya memberitahukan pesan dari gurunya. “Gak usah
makasih!” kata Alex dengan ketus.
“Dasar!
Udah mau dibantuin malah kayak gitu!” gumam Maya dalam hati. Setelah itu Maya
meninggalkan Alex sendirian lagi. Beberapa hari kemudian, Maya dapet kejutan.
“Nada!”
panggil Alex dari kejauhan. Maya langsung menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya
‘Nada’. Perasaan hanya guru – guru yang memanggilnya Nada. “Lu manggil gue?”
tanya Maya saat Alex udah di depannya. “Iyalah. Gue mau ngasi ini.” Kata Alex
selalu dengan nada ketus.
“Flashdisk
apa? Kok dikasih ke gue?” May gak ngerti. “Gue suru minta bantuan lu. Laporan
gue ada satu komponen yang belum lengkap, dan katanya gue suru minta bantuan
lu. Kalo gak disuru ya gue gak bakal kok nyari lu.” Kata Alex menjelaskan.
“Ya
udah. Ini! Gue balikin flashdisk lu. Lu juga gak mau gue bantu kan?” kata Maya
dengan nada gak kalah ketus dari Alex. “Eh.. tapi kan—!”
“Tapi
apa? Gue mau bantu asal lu minta dengan tulus.” Kata Maya memberi persyaratan.
“Oke.. Oke... gue minta tolong sama lu. Tolong cek laporan gue. Gue akan sangat
berterimakasih nanti.” Alex mengucapkan dengan lambat dan menekan kata
‘terimakasih’.
“Oke!
Gue bantu lu. Tapi gak gratis! Dan satu lagi, jangan manggil gue Nada. Panggil
gue May.”
“Nama
depan lu kan Nada.” Kata Alex mencoba protes. “Gak usah kebanyakan protes deh
Wakil ketua OSIS.” Kata Maya dengan tegas lalu meninggalkan Alex.
Setelah kejadian kecil yang hanya karena tugas dan mungkin
gak tulus, tapi dari situlah Alex dan Maya menjadi teman baik. Sejak itu, Maya
dan Alex jadi akrab dan deket. Bahkan Alex juga sering main ke rumah Maya
meskipun hanya mau main sama Kak Andi.
---
30 Mei
2012
“May.”
Maya yang mendengar namanya dipanggil langsung menoleh ke sumber suara yang
ternyata Alex. “Ada apa Lex?” tanya Maya.
“Happy
Birthday ya May..!” “Ohh... Makasih Lex. Happy Birthday juga buat kamu.”
“Mm..
makasih May. Er—nanti kamu ada acara gakk May?.” Tanya Alex. “Oohh iya. Aku
belum ngasi tau kamu ya Lex. Nanti ada pesta ulang tahun. Kamu boleh dateng!
Kak Andi yang ngerencanain semua.”
“May!”
ada suara lain yang memanggil May yang ternyata dari Sheila. “Eh. Aku ke sana
ya Lex. Nanti jam 7 malem di rumah! Dateng ya.. aku tunggu.” Kata May pada
Alex.
“May.”
Alex mencekal tangan May. “Iya Lex?” tanya Maya. “Er—gak jadi deh!” setelah
itu, Alex melepas tangan Maya.
---
Malam harinya, pesta ulang tahun Maya sangat meriah. Gak
hanya teman – teman May, tapi kerabatnya juga banyak yang datang.
“Alex!”
May memanggil Alex yang dilihatnya baru datang. “Kok baru datang? Gak bareng
sama temen – temen yang lain? Yang lain udah dateng dari tadi.” Kata May . “Oh
ya?” sahut Alex singkat.
“Iya
itu mereka.” Kata May sambil menunjuk kumpulan teman – teman sekelasnya.
“Maya.”
Andi—kakak Maya—memanggil Maya yang dari tadi gak kelihatan. “Eh Alex datang.”
Kata Andi beramah tamah. “Apa kabar Kak?” tanya Alex pada Andi. “Baik.” Sahut
Andi singkat.
“Maya,
acaranya udah mau mulai. Ayo kamu dicariin.” Kata Andi lagi. “Permisi ya Lex.”
Kata Andi sambil menggandeng adiknya.
---
“Pertama
saya ucapkan terima kasih untuk semua tamu yang sudah hadir. Terutama teman –
teman Maya. Tolong doa kan Maya supaya tambah dewasa dan sehat – sehat saja.
Karena sudah terlalu lama menunggu, lebih baik sekarang kita mulai acaranya.”
Kata Andi yang menyambut para tamu nya.
Setelah
Maya meniup lilin, first cakenya diberikan pada kakaknya. “Kue pertama aku
kasih sama Kak Andi.”
Setelah
menerima kue dari adiknya, Andi mulai berpidato lagi. “Sebenarnya, pesta ini
bukan hanya pesta ulang tahun Maya. Tapi juga pesta perpisahan.” Semua yang
mendengar pidato Andi gak mengerti dengan apa yang diucapkan. Andi meneruskan
pidatonya. “Semuanya tau kalau di kota ini kita sendiri. Atas permintaan orang
tua kita, kita akan pindah dan pindah sekolah juga tentu. Oleh karena itu
sekarang Andi dan Maya mau minta maaf kalau selama ini ada salah.”
Setelah
itu, pesta dilanjutkan. Andi menemui teman – temannya yang datang ke acara
Maya. “Gila lu bro! Pantesan aja lu maksa kita – kita buat dateng.” Kata salah
seorang teman Andi.
Maya
menemui teman – temannya yang menanyakan masalah kepindahannya dengan
pertanyaan yang datang bertubi – tubi. Hanya Alex yang dia lihat dari tadi
diam. Setelah semua temannya pergi untuk mengambil makanan dan selesai bertanya
– tanya plus nostalgia, Alex baru bicara sama Maya.
“Tahun
terakhir kita ketemu ya?” kata Alex tiba – tiba. Yang diajak biacara hanya
diam. “Tahun terakhir kita ngerayain ultah bareng.” Kata Alex. May masih tetap
diam dengan pikirannya sendiri. “Pertama kita ketemu Kak Andi ngerjain aku.
Menyebalkan! Tapi seneng bisa kenal kamu. Sekarang yang terakhir, kita pisah.
Sedih!” Alex menutup pembicaraannya. Selama beberapa menit keduanya saling diam
duduk dibangku yang ada.
“Kamu
gak akan balik?” tanya Alex akhirnya setelah keheningan beberapa lama. “Gak
tau.” Setelah itu terjadi keheningan lagi. Lama – lama, semua tamu mulai berkurang
hanya teman Kak Andi yang masih ada.
“Makasih
ya buat semuanya. Udah jadi partner aku, jadi temen aku.” Kata Alex. “Sama –
sama Lex. Aku juga seneng jadi teman kamu.” Setelah itu Alex beranjak dari
duduknya dan mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Maya. “Semoga kamu
selalu sukses.” Maya menyambut uluran tangan Alex. “Makasih Lex.”
“Sama
– sama. Aku pulang dulu May.”
Setelah
Alex pergi, Kak Andi menghampiri adiknya. “Kamu suka sama dia?” tanya Kak Andi
yang mengagetkan Maya.
“Maksudnya?”
sahut Maya gak ngerti. “Ceeileeh... lu pura – pura gak tau atau emang bener –
bener gak tau.? Alex! Lu suka sama dia kan?” tanya Andi lagi. Tapi Maya
langsung meninggalkan Andi dan pergi ke dalam rumah.
---
Itu
pertemuan terakhir Maya dengan Alex. Setelah Maya pindah mereka gak pernah
ketemu lagi. Dari perpisahannya, masih ada satu hal yang belum terungkap.
Tentang perasaan masing – masing yang gak pernah terungkap.
~THE
END~