PAGELARAN
MALAM BULAN PURNAMA DAN PENGENALAN LEGENDA PUTRI JAWI
Enynditya
Eka Tsamar
Ismi
Roichatul Jannah
Abstrak : Candi Jawi adalah sebuah andi
peninggalan Kerajaan Singasari yang terletak di Kabupaten Pasuruan. Sejarah berdirinya Candi Jawi tentu sudah
banyak yang mengetahuinya. Beberapa tahun terakhir, setiap bulan purnama
diadakan pagelaran dengan latar belakang Candi Jawi dan bulan purnama. Dalam
pagelaran ini, berbagai kesenian dari berbagai daerah, terutama kesenian asal
Pasuruan, ditampilkan dalam pagelaran.
A. Sekilas
tentang Candi Jawi
Candi
Jawi (nama asli: Jajawa) adalah candi yang
dibangun sekitar abad ke-13 dan merupakan peninggalan
bersejarah Hindu-Buddha.
Kerajaan Singhasari yang terletak di
terletak di kaki Gunung Welirang,
tepatnya di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen,
Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia,
sekitar 31 kilometer dari kota Pasuruan. Candi ini terletak di
pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan – Kecamatan
Prigen dan Pringebukan.
Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan
Buddha, namun sebenarnya merupakan tempat pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja
terakhir Singhasari, Kertanegara.
Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada Candi Singhasari.
Kedua candi ini ada hubungannya dengan Candi Jago yang
merupakan tempat peribadatan Raja Kertanegara.
B. Pagelaran
Malam Bulan Purnama
Perintisan
Pagelaran Malam Bulan Purnama ini tidak ada hubungannya dengan asal mula
sejarah Candi Jawi.
Perintisan
Pagelaran Malam Bulan Punama didasari oleh kegiatan anak-anak kecil pada zama
dahulu. Pada zaman dahulu, setiap malam bulan purnama banyak anak kecil
yang bermain dolanan tradisional seperti, gasing, jaranan, congklak, petak
umpet, dan lain-lain. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman,
dolanan-dolanan tersebut sudah tidak banyak lagi yang memainkannya.
Oleh
karena itu, Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan merintis Pagelaran Malam Bulan
Purnama di Candi Jawi untuk melestarikan budaya dan kesenian dari daerah-daerah
terutama kesenian asal Pasuruan agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman
yang semakin maju.
Perintis
Pagelaran Malam Bulan Purnama
1. Kepala
Bidang Seni dan Kebudayaan, Thruno Aritona
2. Kasi
Pelestarian Budaya dan Kesenian, Lilik Susilowati
3. Staf
Seni Budaya, Hari Untung P.S
Pagelaran
Malam Bulan Purnama pertama kali digelar pada tahun 2010 dan di resmikan oleh
Bupati Pasuruan pada masa itu, yaitu Bapak Dade Angga. Sejak saat itu, Pagelaran
Malam Bulan Purnama ini rutin dilaksanakan setiap bulannya pada tanggal 15
kalender jawa, tepat saat terjadinya bulan purnama.
Untuk
mengenalkan acara pagelaran ini pada dunia, pihak Dinas Pariwisata Kabupaten
Pasuruan bekerja sama dengan travel dan agen. Dinas Pariwisata akan memberikan
jadwal pagelaran kepada travel dan agen agar banyak turis asing yang
menyaksikan pagelaran.
Dalam
pagelaran, ditampilkan berbagai kesenian dan kebudayaan asli Pasuruan untuk
memfasilitasi seniman-seniman yang ada di Pasuruan. Kesenian yang ditampilkan
antara lain, macam-macam tari, drama tari campur sari putri jawi, musik,
ludruk, pencak silat, dan lain-lain. Beberapa kesenian dan kebudayaan yang
ditampilkan bukan hanya dari daerah Pasuruan saja, namun juga ada kesenian yang
berasal dari daerah lain. Seperti Tari Kecak dari Bali dan Tari Reog dari
Ponorogo.
Kesenian
yang ditampilkan disesuaikan dengan tema pagelaran. Setiap bulannya akan ada
tema yang berbeda. Seperti saat bulan Ramadhan, pagelaran mengambil tema
kasidah.
C. Legenda
Putri Jawi
Perluasan Majapahit berhasil
menaklukkan pulau Bali atau Brang Wetan sehingga mau tidak mau kerajaan – kerajaan
Bali atau Brang Wetan harus labuh ke
Majapahit, dikirimlah Putri yang cantik jelita bernama Putri Jawi sebagai tanda asok abon putri penungkul untuk
dijadikan garwa selir oleh raja
Majapahit agar terjalin hubungan baik antara kedua Negara.
Dalam perjalanan dari Bali
ke Majapahit Putri Jawi dikawal oleh seorang Patih yang sakti mandraguna bernama Patih Kebo Suwayuwo.
Witing tresna jalaran saka
kulina, karena sering bercengkrama dengan sang Putri Jawi akhirnya Kebo
Suwayuwo jatuh cinta kepada sang Putri Jawi. Ia lupa akan tugasnya untuk
mengawal sang Putri sebagai calon garwa selir sang Raja Majapahit. Terjadilah
perang batin antara tugas kerajaan dan rasa cinta yang menghujam.
Perjalanan mereka sudah
mendekati kota Raja Majapahit. Akhirnya Kebo Suwayuwo mencoba untuk mengatakan
isi hatinya kepada Putri Jawi. Alangkah kagetnya Kebo Suwayuwo mendengar bahwa
cintanya ditolak oleh Putri Jawi, seperti mendengar petir disiang bolong. Sang
Putri lari karena takut Kebo Suwayuwo marah dan mengejar dirinya, agar tidak
ketahuan oleh Putri Jawi maka Kebo Suwayuwo menggali tanah untuk jalannya
mengejar Putri Jawi, dan desa itu sekarang bernama desa Ngerong. Karena tergopoh – tergopoh sang Putri sampai
kehilangan gelang tangannya dan desa itu sekarang bernama desa Nggelang.Tibalah sang Putri disuatu tempat yang masyarakatnya
merasa iba dan akhirnya menolong sang Putri dengan cara memberi pagar
perlindung, kemudian desa itu sekarang bernama Rajek (pagar).
Kejadian larinya Putri Jawi
terdengar juga oleh sang Raja Majapahit, akhirnya diutuslah beberapa prajurit
pilihan untuk menolong sang Putri Jawi. Perang tanding antara Kebo Suwayuwo dan
Prajurit Majapahit tak terhindarkan, banjir darah tidak terhindarkan sampai –
sampai terlihat seperti kali getih (sungai
darah) yang sekarang menjadi nama sebuah sungai didaerah Tretes – Pandaan.
Banyak tetesan darah dimana – mana, yang sekarang bernama Tretes.
Kedigdayan Kebo Suwayuwo
tidak terbendung oleh siapapun, akhirnya datanglah seorang yang sakti bernama
Ki Ageng Pandak yang mencoba menghentikan kemurkaan Kebo Suwayuwo. Namun walau
sama – sama kuat dan berimbang tapi Ki Ageng Pandak tetap tewas juga oleh Kebo
Suwayuwo dengan cara ketika tertidur dibunuh oleh sang Suwayuwo.
Sebelum meninggal, Ki Ageng
Pandak berpesan kepada Putri Jawi agar sang Putri berpura – pura mau diperistri
oleh Kebo Suwayuwo asalkan dengan syarat harus dibuatkan sumur yang bersumber
jernih. Syarat tersebut disanggupi oleh Kebo Suwayuwo. Karena tanahnya tandus,
maka sumur itu tidak juga mengeluarkan air. Setelah dirasa cukup dalam dan
tidak terdengar suaranya, oleh sang Putri Jawi dibantu Prajurit Majapahit sumur
tersebut ditimbuni dengan bebatuan. Sekarang desa itu bernama desa Suwayuwo dan tempat meninggalnya Ki
Ageng Pandak bernama Pandaan, yang
sekarang menjadi Kecamatan Pandaan di Kabupaten Pasuruan.. Sang Putri Jawi
memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan bermukim di suatu desa, yang
sekarang bernama desa Jawi.
D. Pengenalan
Legenda Putri Jawi dalam Pagelaran
Putri Jawi ini hanyalah sebuah legenda yang belum
terbukti secara otentik tentang keberadaannya, namun legenda Putri Jawi ini
telah menambah khasanah budaya nusantara yang terkenal Adi Luhung dan beraneka ragam jenisnya. Semoga Drama Tari
Campursari dengan judul Putri Jawi bisa menambah wawasan kita semua, bahwa
betapa kayanya bangsa kita, betapa beragamnya budaya kita.
Untuk mengenalkan legenda Putri
Jawi, setiap pembukaan Pagelaran Malam Bulan Purnama dibacakan kisah Putri
Jawi. Jika tema yang digunakan memungkinkan, legenda Putri Jawi akan
ditampilkan dalam bentuk drama tari campursari.
LAMPIRAN
Daftar
Pertanyaan Pedoman Wawancara;
1. Bagaimana
asal mula tradisi Pagelaran Malam Bulan Purnama?
2. Apakah
asal mula Pagelaran Malam Bulan Purnama berhubungan dengan sejarah Candi Jawi?
3. Sejak
kapan Pagelaran Malam Bulam Purnama digelar?
4. Apakah
acara Pagelaran Malam Bulan Purnama sudah dikenal sampai mancanegara?
5. Siapa
saja perintis acara Pagelaran Malam Bulan Purnama?
6. Kesenian
apa saja yang ditampilkan?
7. Bagaimana
cerita legenda Puti Jawi?
8. Bagaimana
usaha untuk mengenalkan legenda Putri Jawi ke dunia luar?
BIODATA
INFORMAN
Informan
I
Nama : Hari Untung P.S.
Umur : 40 tahun
Alamat : Jalan Raya Pleret Selatan
No.1
Posisi Informan : Staf Seni Budaya
Informan
II
Nama : Refli
Umur : 36 tahun
Alamat : Perum Kebon Candi
SUMBER :
Wawancara
dengan pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan
Artikel
Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Jawi
0 komentar:
Posting Komentar