Putih Biru Tahun Ketiga
Karya : Ismi Roichatul Jannah
“Menthog-menthog... tak
kandani.. mung rupamu angisin isini mbok yo aja ngethok ono kandhang wae..
enak-enak ngorok ora nyambut gawe.. Menthog-menthog.. mung lakumu megal megol
nggawe guyu..”
Drama Bahasa Daerah yang
di praktekkan kelas IX-A berjalan dengan seru. Semua tertawa saat salah seorang
menembang menthog-menthog dan menirukan gayanya.
~~~
Sekarang, aku sudah duduk
di kelas X Sekolah Menengah Atas mengenakan seragam putih abu – abu. Sekarang tak
ada lagi putih biru, putih biru sekarang hanyalah bisa dikenang. Dulu aku
selalu berpikir. Apakah masa putih biru akan bisa aku lewati dengan baik?
Apakah putih biru akan memberikan sejuta kenangan? Akankah aku meninggalkan
putih biru dengan sebuah kesan?
Pulang sekolah hari ini kebetulan
barengan sama anak SMP, saat aku melihat siswa sekolahku dulu keluar dari
sekolah mengenakan seragam putih biru, aku jadi teringat masa saat aku masih
mengenakan seragam putih biru. Putih biru saat tahun ketiga.
Pikiranku melayang
membawaku mengingat masa – masa terakhirku di putih biru. Masa – masa penentuan
di putih biru. Tapi juga memberikan kesan yang indah untuk tahun terakhirku.
FLASHBACK ON
Awal masuk kelas 3 SMP,
aku ditempatkan di kelas IX-A. Sebagian di kelas IX-A belum pernah aku tau dan
belum pernah kenal. Rasanya seperti membosankan siihh...
Tapi entah sejak kapan
dan bagaimana aku mulai akrab sama mereka semua teman – temanku. Ya aku tau,
mau gak mau aku harus adaptasi sama mereka semua. Mungkin awalnya aku gak
pernah kenal akrab mereka semua. Aku cuma tau beberapa dari mereka dari cerita
teman – temanku.
Dan mayoritas anak – anak
di kelas IX-A banyak yang narsis. Kalau dibuat dalam album foto itu.. mungkin
udah bertumpuk – tumpuk album foto yang ada.
“Hei.. IX-A buat slogan ayo..” usul Andri.
“Slogan apa’an?” kata Shafira.
“Chongo’-A chibi chibi cemungudt cemungudt Eeaaa.” Kata Andri lagi.
“Hahaha”
Ada satu anak yang
namanya Jihan. Anak yang terlalu pendiam, gakk asikk, dan sokk akrab. Tiap hari
Jihan dibuat nangis, dibuly habis – habisan. Tapi niatnya siih cuma bercanda,
anaknya aja yang terlalu pendiam. Soalnya rata – rata anak di kelas IX-A itu
pada freak semua.
Banyak keseruan –
keseruan lain yang ada di kelas IX-A. Apalagi waktu pelajaran Bahasa Inggris.
“Ya.. Aris coba jawab nomer 3.” Kata Bu Kris.
Belum sempet Aris jawab, Bu Kris udah ngomong lagi “Yes, good.”
“Hehehe” semua satu kelas
tertawa.
Waktu istirahat, Aris
jadi sering ngomong kata “Yes, Good” sama niru gayanya Bu Kris. Pokoknya seru
deh. Entah kenapa, kalau setiap Aris bicara itu ngebuat semua anak ketawa.
Setelah istirahat
selesai, waktunya pelajaran IPA. Mungkin pelajaran yang paling menyebalkan.
Padahal aku suka banget sama pelajaran IPA. Sayang aja gurunya gak bisa diajak
kompromi –atau lebih tepatnya gak bisa ngerti anak – anak. Jadinya pelajaran
jadi boring. Kerjaannya itu Cuma nyatet sampe berlembar – lembar tanpa jeda.
“Pak, Capek. Isrirahat bentar Pak. 5 menit Pak.” Kataku.
“Iya pak. Capek.” Kata anak – anak lain mendukung.
“Ngebut ae rekk. Pulang pak” Kata Yunus.
“Ya sudah saya terangkan dulu.” Sementara guru IPA menjelaskan,
Yunus yang duduk di belakang sibuk sendiri.
“Yunus, dari tadi ngomong sendiri. Coba jawab LKS hal 17 nomer 3.”
Kata guru IPA bicara agak tegas.
“Marah ta pean?” kata
Yunus agak bercanda. Semua satu kelas ketawa sama kata – katanya Yunus. Guru
IPA juga ikut ketawa.
Pelajaran berakhir terasa
lambat. Setelah itu waktunya pelajaran IPS, guru IPS komplain ngomel – ngomel
tentang hasil ulangan.
“Marah ta pean?” kata
Aris menirukan kata - kata Yunus.
Guru IPS yang baru denger
kata – kata itu, jadi nasehatin lagi. “Itu tidak baik. Bicara dengan guru
menggunakan bahasa begitu. Kalau tidak bisa menggunakan bahasa jawa krama,
gunakan bahasa indonesia saja.”
Semua satu kelas jadi
diam semua. Setelah itu dilanjut pelajaran. Waktu guru IPS menjelaskan, temen –
temen bergurau lagi –gak pernah bisa diam. “Nung ning nang ning nung ning ning
nang ning nung.........” kata temen – temen kayak mainan topeng monyet.
Akhirnya sampe waktunya pulang, guru IPS juga ikut – ikutan.
Tapi ada yang paling
menyebalkan di antara semua yang menyenangkan. Entah karena apa, kayaknya guru
– guru itu pada gak suka sama kelas IX-A. Tapi siapa peduli! Kelas IX-A tetep
kompak. Bisa dibilang kelas IX-A kelas paling rame dan paling kompak. Gak ada
kelas lain yang kayak IX-A.
Hari berikutnya, aku lupa
pelajaran apa. Waktu itu, anak – anak satu kelas rame semua. Ketua kelas paling
kece sedunia ‘Anif Novitasari’ :p *just kidd* nyuru anak – anak diem.
“He rekk diem, Hello...”
kata Anif.
Waktu anak – anak rame,
Anif sering bilang kata – kata itu. Akhirnya temen – temen banyak yang niruin
kata – kata plus gaya bicaranya Anif.
Semester pertama jadi
berakhir dengan cepat tanpa terasa dengan kegilaan – kegilaan, kekompakan dan
keseruan yang ada di dalamnya. Akhir semester pertama, sekolah mengadakan
studytour ke Yogyakarta.
Menyenangkan banget sih..
ada perasaan yang gak bisa dijelaskan dengan logika. Meskipun aku agak lemas
karena aku paling benci yang namanya naik bis. Tapi bis tempatku paling seru,
tapi juga paling lemot. Tapi intinya.. trip to Jogja-nya menyenangkan.
Temen – temen udah
merencanakan mau merayakan ulang tahun wali kelas paling baik sedunia yang
pernah anak RETAC punya, Bapak Djoko Yanuarso. Tapi karena ultah Bapak waktu
liburan, tanggal 01 Januari.. jadinya ngerayainnya nunggu masuk sekolah.
---
Semester kedua sudah
dimulai. Artinya dimulai juga kegilaan – kegilaan di kelas IX-A. Beberapa hari
setelah awal masuk sekolah di semester kedua, temen – temen udah merencanakan
untuk ngerayain ultah Bapak Djoko. Kebetulan hari itu barengan sama ada acara
jalan sehat di sekolah. Setelah jalan sehat, ngadain bersih – bersih kelas.
Waktu Bapak lagi ikut menanam bunga di taman, kue nya dikeluarin.
“Happy Birthday to you...
Happy Birthday to you.. Happy Birthday.. Happy Birthday.. Happy Birthday
Bapak...” kata temen- temen nyanyi bareng. “Selamat ulang tahun bapak.” Kata
anak – anak lagi. “Tiup lilinnya pak.”
Setelah lilinnya di
tiup... “Ya sudah. Kuenya dimakan aja. Dibagikan.” Lalu kuenya dipotong, gak
sampe lima menit. Kue nya udah habis. Habis dimakan sama habis di hancurin,
dibuat mainan. Mukaku sama temen – temen jadi putih kena tart. ‘itu cuma
keseruan awal semester.’
Awal semester kedua sudah
dibanjiri tugas – tugas kelompok. Jadi aku sering pulang sore. Hari Jum’at ada
janji kerja kelompok di rumah Indah. Kelompokku sama kelompok Tya latihan drama
bahasa daerah bersama. Sementara kelompok Tya latihan adegan, kelompokku
latihan dialog.
“Ayo Ris. Bagian kamu hafalan.” Kataku menyuru.
“Oke. Yo opo lhek dolanan ............... hah? Apa dialognya.” Kata
Aris.
“Cublek – cublek suweng
Ris.” Kataku memberi tau.
Berkali – kali aku sama
temenku bantu Aris hafalan. Sampe – sampe aku sama temen – temen yang lain hafal
dialognya Aris. Tapi akhirnya Aris bisa juga dialog.
“Yo opo lhek dolanan cublek – cublek suweng. Carane, kita hompimpah
dhisik. Sing dadi kudu mengkurep. Tangane kita di dekek ing gegere sing dadi
mau karo muter watu cilik lan nembang cublek – cublek suweng. Sakwise tembange
bubar, sing dadi kudu nebak sopo sing nggawa watu cilik mau. Yen bener, iku
sing dadi lan oleh ukuman.” Kata Aris berdialog dengan terbata - bata. Meskipun
sudah hafal, tapi Aris masih sering salah.
“Ukumane apa?” kataku melanjutkan dialog.
“Ukumane nembang menthog-menthog lan nirukake gayae.” Kata Aris
lagi.
“Ya udah latihannya
selesai deh. Aku pulang duluan ya?” kataku sambil berpamitan.
---
Setelah sekian lama
latihan untuk mempersiapkan drama bahasa daerah, hari yang ditunggu tiba.
Saatnya tampil penilaian drama. Drama memang gak berjalan lancar dengan penuh
penghayatan, tapi drama berjalan dengan seru, rame, ketawa - ketawa dan gokil.
Apalagi waktu pemeran Gilang nembang menthog-menthog dan niru gayanya. Dan
karena rata – rata anak kelas IX-A narsis, jadi setelah itu gak lepas dari foto
– foto dan upload di facebook.
Tiga jam terakhir
waktunya pelajaran IPA. Pelajaran yang menjadi agak menyebalkan. Tapi kali ini
jadi seru di jam – jam terakhir. Waktu setengah jam sebelum pulang, guru IPS
mau masuk ke kelasku, tapi balik lagi. Karena bosan dengan pelajaran IPA,
akhirnya.................
“Pak, dipanggil guru IPS tadi.” Kata Tya.
“Oh ya.. saya tinggal
sebentar.” Kata guru IPA.
Setelah kembali dari
ruang guru menemui guru IPS...........
“Waktunya IPS ya?”
Karena bosan pelajaran,
semuanya kompak bohong “Iya pak!” padahal sih enggak. Tetep waktunya IPA.
Setelah guru IPA keluar, lalu guru IPS masuk ke kelas IX-A. Semua jelas
kelihatan heran karena hari itu gak ada waktunya IPS.
“Waktu saya ya?” tanya Guru IPS.
“Bukan Bu!” kata temen – temen kompak.
“Lho?? Jadwal saya di kelas IX-A.”
“Enggak bu. Besok bu waktunya IPS.”
“Mana jadwalnya?” lalu guru IPS pergi ke ruang guru untuk mengecek
jadwalnya lagi. Sementara ketua kelas, mencari jadwal kelas lalu menyusul guru
IPS ke ruang guru.
“Ini bu jadwalnya.” Kata Andri ketua kelas.
“Saya gak butuh itu. lihat ini jadwal saya. Hari Kamis ya.. jam
terakhir. Lihat.” Kata guru IPS sambil sambil menunjuk jadwalnya.
“Itu kelas IX-C bu jadwalnya.”
“Lho iya ta? Ohh.. Iya
udah. Maaf.” Kata guru IPS.
Andri dan Shafira nahan
ketawa di ruang guru sampe rasanya tulang rusuk nya mau lepas karena nahan
ketawa. Sampe di kelas, Andri dan Shafira nyeritain gimana kejadian di ruang
guru tadi. Dan nyeritain kesombongan yang gak mau lihat jadwal kelas IX-A. Dan
ternyata yang salah guru IPS. Semua satu kelas ketawa – ketawa heboh gara –
gara kejadian ini. “Hahahahahahahahahahahahahahahahaha”
“Hari ini, dua guru sekaligus kena kerjain 9A. Guru IPA mau – mau
aja dibohongin sama 9A.” Kata Tya.
“Hei.. guru IPA mau balik ke kelas.” Kata Indah.
“Hei cha, jam nya cepetin aja.” Kata Andri. Walaupun 15 menit lagi
udah waktunya pulang.
“Ya ambil jam nya kesini.” Kataku.
Setelah jamnya di cepetin, jamnya di tempel lagi di dinding.
“Ngapain Pak?” tanya Yunus.
“Masih waktunya saya kan?” kata Guru IPA
“Udah waktunya pulang Pak, lho pak jamnya.” Kata Andri.
“Belum Bel.” Kata guru IPA.
“Belnya mati paling pak.” Kata Shafira.
“Iya wes. Saya kasih PR aja, hal...........................”
Yah begitulah akhir kegiatan kelas IX-A hari itu.
---
Hari senin, semua pasti
sudah tau kalau hari Senin di semua sekolah pasti mengadakan upacara. Setiap
upacara, diumumin lomba kebersihan kelas yang di adain setiap minggu. Dan akhir
– akhir ini memang kelas IX-A gak pernah menang di lomba kebersihan kelas. Tapi
kelas IX-A tetep PD aja.
“Kebersihan sudah lebih baik, hanya perlu di tingkatkan. Pemenang
lomba kebersihan kelas 7.....” kata pembina upacara.
“IX-A” kata Tya, Anif dan yang lain dalam barisan. Sementara barisan
lain diam.
“Kelas 7C. Pemenenang lomba kebersihan kelas 8...” kata pembina
upaca melanjutkan.
“IX-A” kata anak – anak lagi.”
“Kelas 8D. Pemenang lomba kebersihan kelas 9....!!” pembina
melanjutkan.
“9A.” Kata anak – anak lagi.
“Kelas IX-G. Kelas yang
menjadi pemenang lomba kebersihan, ketua kelasnya harap maju ke depan.”
Meskipun bilangnya
kenceng banget dan kenyataannya kalah, gak ada rasa malu sama sekali. Mungkin
semuanya sadar kalau IX-A kurang layak jadi pemenang. Udah kalau masuk kelas
gak pernah mau lepas sepatu, gak ada yang mau piket, dan buang sampah seenaknya
di dalam kelas.
Setelah upacara, langsung
pelajaran IPS. Guru IPS bilang kalau kelas IX-A mau dibuat penilaian
mengajarnya.
“Saya mau pakek kelas
IX-A buat listen study saya. Mungkin minggu depan, nanti saya kabari. Karena
saya lihat kelas IX-A paling hidup kalau diajak diskusi.” Kata guru IPS.
Semua siswa satu kelas
berpandangan satu sama lain dan bisik – bisik entah apa. Mungkin keheranan
mendengar guru IPS memuji IX-A. Karena kelihatannya banyak guru yang gak suka
sama IX-A karena rame sendiri. Apalagi guru IPS yang merupakan wali kelas IX-B.
Tapi wajah anak IX-A jadi berubah kayak gimana gitu habis denger....
“Walaupun rata – rata
kelas IX-A itu lebay, 90% lebay.” Kata guru IPS.
“Jiiaahh.. habis muji
langsung nyela. Kalau ibarat terbang itu ya.. langsung dijatuhin dari
ketinggian.” Kataku berbisik pada Tya. Anak – anak lain berpandangan lagi
seakan bicara dengan bahasa isyarat.
“Mungkin aku gak kayak
sekarang ini. Aku seperti punya kepribadian berbeda antara di rumah dan di
sekolah. Aku bersifat agak lebay di sekolah mungkin karena tuntutan adaptasi.”
Kataku dalam hati.
Aku berharap tahun
terakhirku di putih biru jadi berkesan dan gak terusak sama guru – guru yang
gak suka sama 9A.
Waktu itu pelajaran IPS
gak ada gurunya. Kegiatan yang udah berbulan – bulan gak dilakuin di 9A,
dilakuin lagi. Yaitu ngebuli Jihan.
“Jihan sekarang kok
berani bantah ya?” kata Tya.
“Karena udah punya
facebook.” Kataku ikut – ikut.
“Denger – denger di
Bangil ada bom ya?” kata temen – temen yang lain niruin update statusnya Jihan
di facebook.
“Bom nya lho di Bugul. Kok
bisa salah nulis Bangil Han?” tanya Tya.
“Mikir siapa Han? Mikir
pacar ta?”
Semua anak perempuan yang
ikut – ikut ngebuli, ketawa.
“Wooyyy ... Diem.” Kata
anak laki – laki yang dari tadi sibuk sendiri lihat film. Anak – anak perempuan
ngebuli Jihan –kecuali Andi yang ikut – ikut anak perempuan.
Anak laki – laki sibuk
lihat film. Sementara Jihan bisa bebas dari bulian anak – anak. Indah dari tadi
nyanyi – nyanyi lagu galau terus..
“Galau rekk!! Semalam
habis berantem.” Kata Anif.
“Apa seh?” kata Indah.
“Gak usah di tutup –
tutupi. Semua udah tau kalau Indah pacaran sama Yusuf.” Kata Anif lagi.
“Biarlah orang berkata
apa.” Kata Indah sok puitis.
“Biaralah orang berkata
apa... aaa...aaa...” kata temen – temen bareng nyanyiin lagunya Armada.
Ujian semakin dekat.
Bulan berikutnya, seluruh kelas 3 sudah sibuk dengan ujian – ujian yang cukup
memusingkan kepala. Tapi untuk anak Spansix, ujian gak ada artinya. Seperti tak
ada beban sama sekali waktu menghadapi ujian.
FLASHBACK OFF
Sekarang semua hanya
tinggal memory yang bisa dikenang. Entah apa yang terjadi beberapa tahun
berikutnya pada teman – temanku. Akankah mereka tetap mengingatku atau udah
melupakan semuanya!
Tapi aku senang bisa
mempunyai kenangan bersama anak RETAC IX-A SPANSIX. Buatku semua sahabatku. Aku
berterimakasih karena sudah membuat kenangan indah saat masa putih biru tahun
ketiga. Aku tau mungkin banyak yang gak suka dan benci sama aku karena sifatku
yang mungkin pelit gak mau nyontekin temen – temenku. Terserah apa yang temen –
temenku bilang tentang aku. Aku tetep seneng bisa punya kenangan sama RETAC.
~ THE END ~
REmajaTiga.A.Community
Cerita ini dibuat
berdasarkan kisah nyata yang pernah penulis alami waktu masa – masa putih biru.
Tahun terakhir di putih biru yang mengesankan namun agak menyedihkan.
Sahabat
Karya : Ismi Roichatul
Jannah
Walau tangan
tak selalu berjabat
Walau mata tak
selalu bertatap
Walau suara
tak lagi terdengar
Tapi kita
tetap sahabat
Walau jarak memisahkan
Walau waktu terus berjalan
Ikatan sahabat kan selalu teringat
Sahabat kan
selalu menemani
Sahabat kan
selalu menghibur hati
Karna sahabat
sejati kan selalu di hati
Sahabat kan ada tuk menghapus air mata
Sahabat kan ada tuk berbagi bahagia
Karna sahabat sejati kan selalu bersama
Sahabat
bagaikan bintang
Yang serlalu
menemani kesendirian rembulan
Hingga mampu
menerangi dunia
Dalam
kebersamaan
0 komentar:
Posting Komentar