Kamis, 21 Agustus 2014

Cerpen RETAC "PUTIH BIRU TAHUN KETIGA"


Putih Biru Tahun Ketiga
Karya : Ismi Roichatul Jannah     
“Menthog-menthog... tak kandani.. mung rupamu angisin isini mbok yo aja ngethok ono kandhang wae.. enak-enak ngorok ora nyambut gawe.. Menthog-menthog.. mung lakumu megal megol nggawe guyu..”
Drama Bahasa Daerah yang di praktekkan kelas IX-A berjalan dengan seru. Semua tertawa saat salah seorang menembang menthog-menthog dan menirukan gayanya.
~~~
Sekarang, aku sudah duduk di kelas X Sekolah Menengah Atas mengenakan seragam putih abu – abu. Sekarang tak ada lagi putih biru, putih biru sekarang hanyalah bisa dikenang. Dulu aku selalu berpikir. Apakah masa putih biru akan bisa aku lewati dengan baik? Apakah putih biru akan memberikan sejuta kenangan? Akankah aku meninggalkan putih biru dengan sebuah kesan?
Pulang sekolah hari ini kebetulan barengan sama anak SMP, saat aku melihat siswa sekolahku dulu keluar dari sekolah mengenakan seragam putih biru, aku jadi teringat masa saat aku masih mengenakan seragam putih biru. Putih biru saat tahun ketiga.
Pikiranku melayang membawaku mengingat masa – masa terakhirku di putih biru. Masa – masa penentuan di putih biru. Tapi juga memberikan kesan yang indah untuk tahun terakhirku.
FLASHBACK ON
Awal masuk kelas 3 SMP, aku ditempatkan di kelas IX-A. Sebagian di kelas IX-A belum pernah aku tau dan belum pernah kenal. Rasanya seperti membosankan siihh...
Tapi entah sejak kapan dan bagaimana aku mulai akrab sama mereka semua teman – temanku. Ya aku tau, mau gak mau aku harus adaptasi sama mereka semua. Mungkin awalnya aku gak pernah kenal akrab mereka semua. Aku cuma tau beberapa dari mereka dari cerita teman – temanku.
Dan mayoritas anak – anak di kelas IX-A banyak yang narsis. Kalau dibuat dalam album foto itu.. mungkin udah bertumpuk – tumpuk album foto yang ada.
“Hei.. IX-A buat slogan ayo..” usul Andri.
“Slogan apa’an?” kata Shafira.
“Chongo’-A chibi chibi cemungudt cemungudt Eeaaa.” Kata Andri lagi.
“Hahaha”
Ada satu anak yang namanya Jihan. Anak yang terlalu pendiam, gakk asikk, dan sokk akrab. Tiap hari Jihan dibuat nangis, dibuly habis – habisan. Tapi niatnya siih cuma bercanda, anaknya aja yang terlalu pendiam. Soalnya rata – rata anak di kelas IX-A itu pada freak semua.
Banyak keseruan – keseruan lain yang ada di kelas IX-A. Apalagi waktu pelajaran Bahasa Inggris.
“Ya.. Aris coba jawab nomer 3.” Kata Bu Kris.
Belum sempet Aris jawab, Bu Kris udah ngomong lagi “Yes, good.”
“Hehehe” semua satu kelas tertawa.
Waktu istirahat, Aris jadi sering ngomong kata “Yes, Good” sama niru gayanya Bu Kris. Pokoknya seru deh. Entah kenapa, kalau setiap Aris bicara itu ngebuat semua anak ketawa.
Setelah istirahat selesai, waktunya pelajaran IPA. Mungkin pelajaran yang paling menyebalkan. Padahal aku suka banget sama pelajaran IPA. Sayang aja gurunya gak bisa diajak kompromi –atau lebih tepatnya gak bisa ngerti anak – anak. Jadinya pelajaran jadi boring. Kerjaannya itu Cuma nyatet sampe berlembar – lembar tanpa jeda.
“Pak, Capek. Isrirahat bentar Pak. 5 menit Pak.” Kataku.
“Iya pak. Capek.” Kata anak – anak lain mendukung.
“Ngebut ae rekk. Pulang pak” Kata Yunus.
“Ya sudah saya terangkan dulu.” Sementara guru IPA menjelaskan, Yunus yang duduk di belakang sibuk sendiri.
“Yunus, dari tadi ngomong sendiri. Coba jawab LKS hal 17 nomer 3.” Kata guru IPA bicara agak tegas.
“Marah ta pean?” kata Yunus agak bercanda. Semua satu kelas ketawa sama kata – katanya Yunus. Guru IPA juga ikut ketawa.
Pelajaran berakhir terasa lambat. Setelah itu waktunya pelajaran IPS, guru IPS komplain ngomel – ngomel tentang hasil ulangan.
“Marah ta pean?” kata Aris menirukan kata - kata Yunus.
Guru IPS yang baru denger kata – kata itu, jadi nasehatin lagi. “Itu tidak baik. Bicara dengan guru menggunakan bahasa begitu. Kalau tidak bisa menggunakan bahasa jawa krama, gunakan bahasa indonesia saja.”
Semua satu kelas jadi diam semua. Setelah itu dilanjut pelajaran. Waktu guru IPS menjelaskan, temen – temen bergurau lagi –gak pernah bisa diam. “Nung ning nang ning nung ning ning nang ning nung.........” kata temen – temen kayak mainan topeng monyet. Akhirnya sampe waktunya pulang, guru IPS juga ikut – ikutan.
Tapi ada yang paling menyebalkan di antara semua yang menyenangkan. Entah karena apa, kayaknya guru – guru itu pada gak suka sama kelas IX-A. Tapi siapa peduli! Kelas IX-A tetep kompak. Bisa dibilang kelas IX-A kelas paling rame dan paling kompak. Gak ada kelas lain yang kayak IX-A.
Hari berikutnya, aku lupa pelajaran apa. Waktu itu, anak – anak satu kelas rame semua. Ketua kelas paling kece sedunia ‘Anif Novitasari’ :p *just kidd* nyuru anak – anak diem.
“He rekk diem, Hello...” kata Anif.
Waktu anak – anak rame, Anif sering bilang kata – kata itu. Akhirnya temen – temen banyak yang niruin kata – kata plus gaya bicaranya Anif.
Semester pertama jadi berakhir dengan cepat tanpa terasa dengan kegilaan – kegilaan, kekompakan dan keseruan yang ada di dalamnya. Akhir semester pertama, sekolah mengadakan studytour ke Yogyakarta.
Menyenangkan banget sih.. ada perasaan yang gak bisa dijelaskan dengan logika. Meskipun aku agak lemas karena aku paling benci yang namanya naik bis. Tapi bis tempatku paling seru, tapi juga paling lemot. Tapi intinya.. trip to Jogja-nya menyenangkan.
Temen – temen udah merencanakan mau merayakan ulang tahun wali kelas paling baik sedunia yang pernah anak RETAC punya, Bapak Djoko Yanuarso. Tapi karena ultah Bapak waktu liburan, tanggal 01 Januari.. jadinya ngerayainnya nunggu masuk sekolah.
---
Semester kedua sudah dimulai. Artinya dimulai juga kegilaan – kegilaan di kelas IX-A. Beberapa hari setelah awal masuk sekolah di semester kedua, temen – temen udah merencanakan untuk ngerayain ultah Bapak Djoko. Kebetulan hari itu barengan sama ada acara jalan sehat di sekolah. Setelah jalan sehat, ngadain bersih – bersih kelas. Waktu Bapak lagi ikut menanam bunga di taman, kue nya dikeluarin.
“Happy Birthday to you... Happy Birthday to you.. Happy Birthday.. Happy Birthday.. Happy Birthday Bapak...” kata temen- temen nyanyi bareng. “Selamat ulang tahun bapak.” Kata anak – anak lagi. “Tiup lilinnya pak.”
Setelah lilinnya di tiup... “Ya sudah. Kuenya dimakan aja. Dibagikan.” Lalu kuenya dipotong, gak sampe lima menit. Kue nya udah habis. Habis dimakan sama habis di hancurin, dibuat mainan. Mukaku sama temen – temen jadi putih kena tart. ‘itu cuma keseruan awal semester.’
Awal semester kedua sudah dibanjiri tugas – tugas kelompok. Jadi aku sering pulang sore. Hari Jum’at ada janji kerja kelompok di rumah Indah. Kelompokku sama kelompok Tya latihan drama bahasa daerah bersama. Sementara kelompok Tya latihan adegan, kelompokku latihan dialog.
“Ayo Ris. Bagian kamu hafalan.” Kataku menyuru.
“Oke. Yo opo lhek dolanan ............... hah? Apa dialognya.” Kata Aris.
“Cublek – cublek suweng Ris.” Kataku memberi tau.
Berkali – kali aku sama temenku bantu Aris hafalan. Sampe – sampe aku sama temen – temen yang lain hafal dialognya Aris. Tapi akhirnya Aris bisa juga dialog.
“Yo opo lhek dolanan cublek – cublek suweng. Carane, kita hompimpah dhisik. Sing dadi kudu mengkurep. Tangane kita di dekek ing gegere sing dadi mau karo muter watu cilik lan nembang cublek – cublek suweng. Sakwise tembange bubar, sing dadi kudu nebak sopo sing nggawa watu cilik mau. Yen bener, iku sing dadi lan oleh ukuman.” Kata Aris berdialog dengan terbata - bata. Meskipun sudah hafal, tapi Aris masih sering salah.
“Ukumane apa?” kataku melanjutkan dialog.
“Ukumane nembang menthog-menthog lan nirukake gayae.” Kata Aris lagi.
“Ya udah latihannya selesai deh. Aku pulang duluan ya?” kataku sambil berpamitan.
---
Setelah sekian lama latihan untuk mempersiapkan drama bahasa daerah, hari yang ditunggu tiba. Saatnya tampil penilaian drama. Drama memang gak berjalan lancar dengan penuh penghayatan, tapi drama berjalan dengan seru, rame, ketawa - ketawa dan gokil. Apalagi waktu pemeran Gilang nembang menthog-menthog dan niru gayanya. Dan karena rata – rata anak kelas IX-A narsis, jadi setelah itu gak lepas dari foto – foto dan upload di facebook.
Tiga jam terakhir waktunya pelajaran IPA. Pelajaran yang menjadi agak menyebalkan. Tapi kali ini jadi seru di jam – jam terakhir. Waktu setengah jam sebelum pulang, guru IPS mau masuk ke kelasku, tapi balik lagi. Karena bosan dengan pelajaran IPA, akhirnya.................
“Pak, dipanggil guru IPS tadi.” Kata Tya.
“Oh ya.. saya tinggal sebentar.” Kata guru IPA.
Setelah kembali dari ruang guru menemui guru IPS...........
“Waktunya IPS ya?”
Karena bosan pelajaran, semuanya kompak bohong “Iya pak!” padahal sih enggak. Tetep waktunya IPA. Setelah guru IPA keluar, lalu guru IPS masuk ke kelas IX-A. Semua jelas kelihatan heran karena hari itu gak ada waktunya IPS.
“Waktu saya ya?” tanya Guru IPS.
“Bukan Bu!” kata temen – temen kompak.
“Lho?? Jadwal saya di kelas IX-A.”
“Enggak bu. Besok bu waktunya IPS.”
“Mana jadwalnya?” lalu guru IPS pergi ke ruang guru untuk mengecek jadwalnya lagi. Sementara ketua kelas, mencari jadwal kelas lalu menyusul guru IPS ke ruang guru.
“Ini bu jadwalnya.” Kata Andri ketua kelas.
“Saya gak butuh itu. lihat ini jadwal saya. Hari Kamis ya.. jam terakhir. Lihat.” Kata guru IPS sambil sambil menunjuk jadwalnya.
“Itu kelas IX-C bu jadwalnya.”
“Lho iya ta? Ohh.. Iya udah. Maaf.” Kata guru IPS.
Andri dan Shafira nahan ketawa di ruang guru sampe rasanya tulang rusuk nya mau lepas karena nahan ketawa. Sampe di kelas, Andri dan Shafira nyeritain gimana kejadian di ruang guru tadi. Dan nyeritain kesombongan yang gak mau lihat jadwal kelas IX-A. Dan ternyata yang salah guru IPS. Semua satu kelas ketawa – ketawa heboh gara – gara kejadian ini. “Hahahahahahahahahahahahahahahahaha”
“Hari ini, dua guru sekaligus kena kerjain 9A. Guru IPA mau – mau aja dibohongin sama 9A.” Kata Tya.
“Hei.. guru IPA mau balik ke kelas.” Kata Indah.
“Hei cha, jam nya cepetin aja.” Kata Andri. Walaupun 15 menit lagi udah waktunya pulang.
“Ya ambil jam nya kesini.” Kataku.
Setelah jamnya di cepetin, jamnya di tempel lagi di dinding.
“Ngapain Pak?” tanya Yunus.
“Masih waktunya saya kan?” kata Guru IPA
“Udah waktunya pulang Pak, lho pak jamnya.” Kata Andri.
“Belum Bel.” Kata guru IPA.
“Belnya mati paling pak.” Kata Shafira.
“Iya wes. Saya kasih PR aja, hal...........................”
Yah begitulah akhir kegiatan kelas IX-A hari itu.
---
Hari senin, semua pasti sudah tau kalau hari Senin di semua sekolah pasti mengadakan upacara. Setiap upacara, diumumin lomba kebersihan kelas yang di adain setiap minggu. Dan akhir – akhir ini memang kelas IX-A gak pernah menang di lomba kebersihan kelas. Tapi kelas IX-A tetep PD aja.
“Kebersihan sudah lebih baik, hanya perlu di tingkatkan. Pemenang lomba kebersihan kelas 7.....” kata pembina upacara.
“IX-A” kata Tya, Anif dan yang lain dalam barisan. Sementara barisan lain diam.
“Kelas 7C. Pemenenang lomba kebersihan kelas 8...” kata pembina upaca melanjutkan.
“IX-A” kata anak – anak lagi.”
“Kelas 8D. Pemenang lomba kebersihan kelas 9....!!” pembina melanjutkan.
“9A.” Kata anak – anak lagi.
“Kelas IX-G. Kelas yang menjadi pemenang lomba kebersihan, ketua kelasnya harap maju ke depan.”
Meskipun bilangnya kenceng banget dan kenyataannya kalah, gak ada rasa malu sama sekali. Mungkin semuanya sadar kalau IX-A kurang layak jadi pemenang. Udah kalau masuk kelas gak pernah mau lepas sepatu, gak ada yang mau piket, dan buang sampah seenaknya di dalam kelas.
Setelah upacara, langsung pelajaran IPS. Guru IPS bilang kalau kelas IX-A mau dibuat penilaian mengajarnya.
“Saya mau pakek kelas IX-A buat listen study saya. Mungkin minggu depan, nanti saya kabari. Karena saya lihat kelas IX-A paling hidup kalau diajak diskusi.” Kata guru IPS.
Semua siswa satu kelas berpandangan satu sama lain dan bisik – bisik entah apa. Mungkin keheranan mendengar guru IPS memuji IX-A. Karena kelihatannya banyak guru yang gak suka sama IX-A karena rame sendiri. Apalagi guru IPS yang merupakan wali kelas IX-B. Tapi wajah anak IX-A jadi berubah kayak gimana gitu habis denger....
“Walaupun rata – rata kelas IX-A itu lebay, 90% lebay.” Kata guru IPS.
“Jiiaahh.. habis muji langsung nyela. Kalau ibarat terbang itu ya.. langsung dijatuhin dari ketinggian.” Kataku berbisik pada Tya. Anak – anak lain berpandangan lagi seakan bicara dengan bahasa isyarat.
“Mungkin aku gak kayak sekarang ini. Aku seperti punya kepribadian berbeda antara di rumah dan di sekolah. Aku bersifat agak lebay di sekolah mungkin karena tuntutan adaptasi.” Kataku dalam hati. 
Aku berharap tahun terakhirku di putih biru jadi berkesan dan gak terusak sama guru – guru yang gak suka sama 9A.
Waktu itu pelajaran IPS gak ada gurunya. Kegiatan yang udah berbulan – bulan gak dilakuin di 9A, dilakuin lagi. Yaitu ngebuli Jihan.
“Jihan sekarang kok berani bantah ya?” kata Tya.
“Karena udah punya facebook.” Kataku ikut – ikut.
“Denger – denger di Bangil ada bom ya?” kata temen – temen yang lain niruin update statusnya Jihan di facebook.
“Bom nya lho di Bugul. Kok bisa salah nulis Bangil Han?” tanya Tya.
“Mikir siapa Han? Mikir pacar ta?”
Semua anak perempuan yang ikut – ikut ngebuli, ketawa.
“Wooyyy ... Diem.” Kata anak laki – laki yang dari tadi sibuk sendiri lihat film. Anak – anak perempuan ngebuli Jihan –kecuali Andi yang ikut – ikut anak perempuan.
Anak laki – laki sibuk lihat film. Sementara Jihan bisa bebas dari bulian anak – anak. Indah dari tadi nyanyi – nyanyi lagu galau terus..
“Galau rekk!! Semalam habis berantem.” Kata Anif.
“Apa seh?” kata Indah.
“Gak usah di tutup – tutupi. Semua udah tau kalau Indah pacaran sama Yusuf.” Kata Anif lagi.
“Biarlah orang berkata apa.” Kata Indah sok puitis.
“Biaralah orang berkata apa... aaa...aaa...” kata temen – temen bareng nyanyiin lagunya Armada.
Ujian semakin dekat. Bulan berikutnya, seluruh kelas 3 sudah sibuk dengan ujian – ujian yang cukup memusingkan kepala. Tapi untuk anak Spansix, ujian gak ada artinya. Seperti tak ada beban sama sekali waktu menghadapi ujian.
FLASHBACK OFF
Sekarang semua hanya tinggal memory yang bisa dikenang. Entah apa yang terjadi beberapa tahun berikutnya pada teman – temanku. Akankah mereka tetap mengingatku atau udah melupakan semuanya!
Tapi aku senang bisa mempunyai kenangan bersama anak RETAC IX-A SPANSIX. Buatku semua sahabatku. Aku berterimakasih karena sudah membuat kenangan indah saat masa putih biru tahun ketiga. Aku tau mungkin banyak yang gak suka dan benci sama aku karena sifatku yang mungkin pelit gak mau nyontekin temen – temenku. Terserah apa yang temen – temenku bilang tentang aku. Aku tetep seneng bisa punya kenangan sama RETAC.
~ THE END ~
REmajaTiga.A.Community
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang pernah penulis alami waktu masa – masa putih biru. Tahun terakhir di putih biru yang mengesankan namun agak menyedihkan.


Sahabat
Karya : Ismi Roichatul Jannah
Walau tangan tak selalu berjabat
Walau mata tak selalu bertatap
Walau suara tak lagi terdengar
Tapi kita tetap sahabat
Walau jarak memisahkan
Walau waktu terus berjalan
Ikatan sahabat kan selalu teringat
Sahabat kan selalu menemani
Sahabat kan selalu menghibur hati
Karna sahabat sejati kan selalu di hati
Sahabat kan ada tuk menghapus air mata
Sahabat kan ada tuk berbagi bahagia
Karna sahabat sejati kan selalu bersama
Sahabat bagaikan bintang
Yang serlalu menemani kesendirian rembulan
Hingga mampu menerangi dunia
Dalam kebersamaan

0 komentar:

Posting Komentar