Jumat, 06 Desember 2013

Cerpen "Menemukan Arti Sahabat"



Menemukan Arti Seorang Sahabat
 Karya : Ismi Roichatul Jannah          
Persahabatan adalah hal yang indah jika seorang itu sendiri tau apa arti sebenernya dari seorang sahabat. Karna mungkin tak semua orang dapat menemukan arti sahabat yang sebenarnya dan menghargai persahabatan itu sendiri. Banyak orang yang udah punya sahabat, tapi malah menyianyiakannya dan merusaknya hanya karna hal kecil.
Jujur.. dulu waktu SD, di sebuah Sekolah Dasar yang bisa di bilang jauh dari kota. Aku belum begitu mengerti apa arti dari persahabatan yang sebenarnya. Dan juga aku tidak terlalu mempunyai banyak sahabat karena menurutku gak ada yang cocok jadi sahabatku. Gak ada yang ngerti aku. Mereka hanya butuh aku saat ada tugas, ulangan, PR, dan semacamnya. Merasa dimanfaatkan kalau lihat sifat mereka sekarang setelah pisah sekolah. Cuek, sok gak kenal, dan apalah, kayak gak pernah ketemu sama sekali dan gak tau terima kasih. Makanya aku paling gak suka kalau kebanyakan reunian. Percuma juga gak akan ngembalikan keadaan seperti dulu.
Meskipun punya sahabat, aku pun belum begitu mengerti arti dari persahabatan itu sendiri. Aku hanya berteman biasa dengan semua teman satu kelas ku. Buat ku mereka semua sama – sama............ *bisa dibilang gak tau terimakasih*, bahkan ada yang gak peduli sama sekali dengan keberadaan ku. That’s no problem for me. Keegoisan lebih banyak tertanam dalam karakter ku waktu SD itu.
Pikiranku hanya satu, aku takut kalau teman – teman ku hanya memanfaatkanku. Jadi dulu aku sangat – sangat egois. Hanya mementingkan ego ku dan tak pernah mau membantu teman kecuali aku juga mendapatkan keuntungan dari teman tersebut.
Sampai akhirnya.. aku duduk di kelas 8 SMP. Tepatnya SMPN 6 PASURUAN. Waktu kelas 8 itu aku masuk kelas unggulan (8D). Meskipun kami semua bersaing untuk menjadi yang terbaik, tapi kami tetap bersahabat. Bahkan kami seperti keluarga. Saling membantu, saling memberi dan semuanya. Mungkin memang ada rasa egois dalam diri kami masing masing. Tapi ego itu dapat tertepis oleh rasa kekeluargaan dan persahabatan.
Dan.. walaupun kami berada di kelas unggulan, kami tetaplah seorang murid yang mungkin gak lepas dari yang namanya nyontek. Kami tetap saling membantu meskipun waktu ulangan *hehehe :-P. Memberi sedikit contekan pada teman tak akan menurunkan ranking kan??* Aku yang dulu gak pernah mau memberikan contekan sedikit pun kecuali aku dapat imbalan. Di 8D ini, aku lebih care sama temen – temen. Buatku, semuanya adalah sahabatku. Kami saling membatu dalam segala hal. Penyelesaian masalah, organisasi, bahkan sampai ulangan pun kita saling membantu. :p
Walaupun kami banyak memiliki perbedaan karakter, tapi kami tetap bersahabat baik. Karena dari perbedaan itu kita banyak belajar. Perbedaan itu di ibaratkan sebuah krayon yang berbeda – beda warna, namun jika dipadukan akan menghasilkan warna yang indah seperti pelangi. Kita emang sering berantem, tapi dengan berantem itu kita berusaha untuk menjadi lebih baik dan pengertian.
Dimulai dari kelas 8 inilah aku tau arti sahabat yang sesungguhnya. “Orang yang sangat bisa kita percaya, meskipun dia bukan keluarga kita. Saling menghargai perbedaan yang membuat persahabatan semakin lebih indah”. Mereka membuat aku mengerti betapa sangat berartinya seorang sahabat dalam kehidupanku.
WDPC. Mereka adalah sahabat – sahabat terbaik yang pernah aku punya. Tapi gak semua anak WDPC. Hanya anak tertentu yang menjadi sahabat dekat ku (Nita, Rufa, Tya, Warda, Ida, Diana, Ely, Amirza, Ghozali, Sahid, Muzany, Ela, Ria, Muza, Asiya, Tasya, Neni).
Bukan hanya WDPC yang membuat aku mengerti tentang arti sahabat. Tapi juga 2 sahabat ku yang dulu satu kelas dengan ku selama 6 tahun di Sekolah Dasar. (Fajar n Riski). Aku bahkan gak nyangka, sekarang aku bisa bersahabat dengan mereka berdua. “Orang yang dulu sama sekali gak pernah terpikir olehku”. Bahkan mungkin mereka gak pernah peduli dengan keberadaan ku di kelas.
Dari mereka berdua, aku belajar sekali banyak hal yang harus ku mengerti dalam sebuah persahabatan. menghargai perbedaan, cara penyelesaian masalah, dan saling memberi solusi. Dulu emang aku gak pernah deket sama mereka, tapi sekarang mereka telah mengajarkan banyak hal padaku.
Yupz.. mungkin benar apa kata sahabatku, semua itu “TAKDIR”. Takdir yang indah untukku. Tuhan sudah sangat baik padaku dengan mempertemukan ku dengan sahabat – sahabat yang sangat baik padaku.
Takdir telah mempertemukan ku dengan mereka semua. (Riski, Fajar dan anak WDPC). Dan aku berharap, takdir tak akan memisahkan aku dari mereka. I LOVE YOU GUYS. I will always remember all memories. I will never forget about our friendship.
~ THE END ~

Cerpen "Setahun Terakhir Bersama Sahabat"



Setahun Terakhir Bersama Sahabat
Karya : Ismi Roichatul Jannah           
Di dunia ini, sebuah perjumpaan sangatlah mustahil untuk tetap abadi. Semuanya pasti akan berakhir. Semua yang bernyawa pasti akan mati. Sesuatu yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Kita takkan pernah tau kapan kita mati, akankah kita masih bisa berdiri sedetik lagi? Ataukah sudah pergi untuk selamanya?
---
Kesya Amelia atau biasa dipanggil Sasa adalah seorang siswi yang sudah duduk di bangku kelas 3 SMP di kota Malang. Dia tinggal di Malang bersama kedua orangtuanya. Dia anak kedua dari 2 bersaudara. Kakaknya, Dimas sekarang sekolah di Semarang dan tinggal bersama kakeknya. Sasa mempunyai banyak sekali sahabat di antaranya adalah 2 orang sahabat laki – laki yang sudah menjadi sahabatnya selama hampir 9 tahun yaitu Daniel Adithya atau biasa dipanggil Adit dan Davin Andrea atau biasa dipanggil Andre.
Mereka bertiga mulai dari kecil sudah bersahabat baik. Sekarang mereka juga bersekolah di sekolah yang sama. Tapi mereka jarang punya waktu bersama di sekolah karena sibuk dengan tugas masing – masing, mereka semua kan gak satu kelas.
“Kita bertiga akan jadi sahabat selamanya yah..?? harus selalu inget dan jangan pernah ninggalin. Kita janji untuk selalu bersama yah??” Janji Sasa dan 2 sahabatnya.
Di rumah,
“Sasa, ayo makan malam dulu!” ajak Mama
“Iya Ma, bentar.” Jawab Sasa sambil menuju ruang makan.
Setelah Sasa bergabung di meja makan, mereka semua mulai makan malam bersama.
“Sasa, Mama sama papa mau ngomong sesuatu sama kamu.” Mama memulai pembicaraan.
“Ngomong apa emang Ma?” tanya Sasa penasaran.
“Tahun depan, Papa harus pindah tugas ke Semarang lagi. Kamu sama Mama gak mungkin kan kalau di sini sendirian?”
“Maksud Papa, kita harus pindah ke Semarang Pa?”
“Iya sayang, tapi tenang saja. Kita menunggu kamu lulus SMP dulu. Baru kita pindah ke Semarang. Jadi kita bisa kumpul bareng – bareng lagi sama Kak Dimas. Kamu juga akan sekolah di Semarang” Mama menjawab.
“Iya benar kata Mama.” Tambah papa.
“Apa kita gak akan kembali lagi kesini Ma, Pa? Bagaimana dengan teman – teman Sasa di sini?” Tanya Sasa.
“Papa akan menetap tugas di sana. Tapi kalau kamu mau kembali ke sini gakpapa, tapi sama Kak Dimas yah..!! setelah lulus SMA kamu boleh meneruskan kuliah di sini.” Ucap papa menjelaskan.
“Ya udah. Terserah Papa dan Mama.” Jawab Sasa dengan pasrah.
Setelah makan malam, Sasa langsung kembali ke kamarnya. Sasa memikirkan kata – kata papa dan mamanya tadi. Kembali ke Semarang?? Memang Sasa senang kembali ke Semarang karena akan bertemu kakaknya lagi, tapi disisi lain Sasa kepikiran sahabatnya. Bagaimana caranya Sasa menjelaskan ini sama Adit dan Andre.
Akhirnya Sasa memutuskan untuk tidak memberi tahu Adit dan Andre dulu. Nanti saja akan Sasa beritahu kalau keberangkatannya sudah dekat. Sasa tetap menjalani harinya seperti biasa. Sasa gak mau teman – temannya tau. Suatu malam, Sasa, Adit, dan Andre ada di taman melihat bintang – bintang di langit.
“Hm.. menurut kalian, kalau seandainya aku balik ke Semarang gimana?” tanya Sasa memulai pembicaraan.
“Kok kamu bilang gitu sih Sa?” jawab Adit.
“Emang kamu mau balik ke Semarang.” Tambah Andre
“Hey.. Aku bilang kan seandainya.. Please deh jangan pada mellow. Aku cuma mau tau aja gimana menurut kalian?” ujar Sasa menjelaskan.
“Mungkin kita akan kangen banget sama kamu. Dan sedih banget gak ketemu kamu” Kata Adit.
“Haha :D kangen? Paling kalian juga sedih karena gak ada yang bantuin kalian buat tugas?” kata Sasa.
“Iihh.. kok tau siihh?? :D bisa baca pikiran niih Sasa.” Kata Andre
“Jahat banget siih Dre sama aku?”
“Nggak Sa.. Cuma bercanda aja kok.” Kata Andre.
“Emang kenapa siih Sa nanya gitu?” Sela Adit.
“Aku kan udah bilang. Cuma nanya. Gak denger tadi aku ngomong? Telinganya ketinggalan dimana siih?? Canda Sasa.
“Telinganya gak ketinggalan Sa, tapi yang kedengeran di telinganya Adit itu cuma namanya Bunga aja terus. Jadi kita ngomong gak kedengeran.” Tambah Andre.
“Hahaha” Andre dan Sasa.
“Apa’an siih kalian?? Bunga siapa?” jawab Adit ngeles.
“Iihh.. gak di akuin. Nanti aku bilangin sama Bunga nya lho yah..??” Kata Sasa.
“Iyah.. Iyah.. Jangan dong..” kata Adit.
“Haha. Adit takut niih sama Bunga. Takut di putusin.” Kata Andre meledek.
“Huft, udah deh bercandanya. Kita pulang yuk. Nanti di cari’in lagi sama mama dan papa.” Ajak Sasa
“Oke. Besok bantu tugas matematika ku yah Sa.” Pinta Andre.
“Iyah.. ayo pulang.”
Sesampainya di rumah, Sasa sudah ditunggu mamanya
“Sa, dari mana aja?” tanya Mama.
“Biasa ma habis main sama Adit dan Andre.” Jawab Sasa.
“Kamu udah bilang tentang kepindahan kita tahun depan?” tanya Mama lagi.
“Belom Ma. Lagian masih lama, nanti pasti aku kasi tau.” Jawab Sasa
“Oohh.. ya udah. Sekarang kamu belajar terus tidur ya, Sa.” Pinta Mama
“Oke Ma.” Jawab Sasa
Melihat kejadian hari ini, Sasa semakin gak tega buat bilang sama Adit dan Andre  kalau dia mau pindah ke Semarang. Padahal, mereka sudah janji akan melanjutkan ke sekolah yang sama setelah lulus SMP nanti.
---
Kebetulan dalam waktu dekat adalah ultah Adit dan Andre. Sasa mau memberikan kado sama Andre dan Adit sebelum dia pindah ke Semarang. Sasa meminta bantuan sahabatnya Lyla, Rere dan Alsa untuk ikut membantunya mencari kado buat Andre dan Adit.
Waktu ultahnya Andre udah deket. Sasa dan Adit berencana mau buat kejutan khusus untuk Andre.
“Dit, kita pesen kue buat ultah si Andre yuk!” ajak Sasa
“Ayo, kita raya’in dimana?” tanya Adit
“Di taman tempat biasa kita main aja” usul Sasa
“Oke dech.” Ucap Adit setuju
            Besoknya, waktu ultah Andre.. Adit dan Sasa pura – pura lupa. Lalu sorenya, Adit dan Sasa ngerjain Andre.
“Dit, kamu telphone Andre dong.. suru dateng kesini.” Suru Sasa.
“Oke.. bentar aku telphone dulu.” Jawab Adit.
“Hallo, Andre?? Kamu cepet ke taman tempat kita main bareng. Sasa kecelakaan di deket taman. Cepetan.” Andre berbohong. Sementara Sasa cekikikan sendiri.
“Yang bener Dit? Gak bohong kan?” Tanya Andre panik.
“Ngapain sih bohong. Cepet kesini.” Kata Andre.
“Oke, aku cepet – cepet ke sana.” Kata Andre.
            Akhirnya Andre cepat berangkat ke taman karena mendengar kabar Sasa kecelakaan. Sesampainya di taman, malah gak ada siapa – siapa.
“Kemana Adit? Katanya Sasa kecelakaan?” kata Andre sambil terengah – engah.
Tiba – tiba dari belakang ada Adit dan Sasa dengan bawa kue.
“Happy Birthday to you.. Happy Birthday to you.. Happy Birthday Happy Birthday.. Happy Birthday Andre” Adit dan Sasa.
“Kalian? Adit? Sasa? Katanya kamu.....” Kata Andre kebingungan.
“Apa? Kecelakaan? Mau aja dibohongin Adit.” Kata Sasa.
“Kalian ngerjain aku..” ucap Andre jengkel.
“Haha.. udah. Kita kan mau ngasi surprise buat kamu Dre.” Kata Adit.
“Kalian nyiapin ini? Aku kira kalian gak inget sama ultah ku.” Kata Andre.
“Yah nggaklah. Kita gak mungkin lupa.” Kata Sasa.
“Tiup lilin dulu dong Dre.” Usul Adit.
“Jangan lupa make a wish dulu Dre” kata Sasa.
Setelah selesai surprisenya, seperti biasa jika mereka di taman. Memandang bintang – bintang di langit biru.
“Kalian tau gak? Apa make a wish ku tadi?” ucap Andre memulai pembicaraan sambil tetap melihat bintang – bintang.
“Enggak. Emang apa Dre?” kata Adit penasaran.
“Aku minta supaya kita akan tetap bisa jadi sahabat dan akan selalu bersama.” Kata Andre memberi tau.
“Hm.. Bagus.” Kata Adit.
“Selalu bersama? Tapi aku tahun depan kan pindah ke Semarang?” ucap Sasa dalam hati.
“Woyy Sa.. kok diem aja sih?” Adit mengagetkan Sasa
“Ha? Gakpapa kok. Bintangnya indah banget.” Kata Sasa berbohong.
“Yakin? Jangan – jangan lagi mikirin si dia nih?” kata Andre.
“Dia siapa sich? Jangan ngaco deh. Gak lucu tau.” Jawab Sasa ketus.
“Iihh jangan marah dong Sa. Kita kan cuma bercanda Sa. Kamu kok marah siih?” kata Adit.
“Iyah Sa. Sasa marah ya? Maaf deh Sa.” Kata Andre.
“Nggak. Aku gak marah kok. Udah deh. Pulang yuk. Capek niihh..” ajak Sasa.
“Ya udah ayo aku anter pulang Sa.” Ajak Adit.
“Oh iya.. ini kado buat kamu Dre. Semoga panjang umur dan berhasil dapetin Lia yah..” Kata Sasa sambil ngasi kadonya ke Andre.
“Makasih ya Sa.” Kata Andre
Sebulan kemudian.
Adit ngundang Andre dan Sasa buat dateng ke acara pesta ultahnya. Sebenarnya, Sasa mau ngasi surprise ke Adit, tapi gak jadi karena Sasa ada acara dengan orang tuanya. Akhirnya Sasa ngasi kado ke Adit waktu pulang sekolah karena Sasa gak bisa ikut dateng ke acara birthday party-nya Adit. Adit, Andre, dan Sasa janjian di gang depan sekolah.
“Hayy Dre.. Dit.. maaf ya lama.” Kata Sasa.
“Gak lama kok Sa.” Kata Andre.
“Aku ke sini cuma mau ngasi kado buat kamu Dit, dijaga baik – baik yah. Maaf nanti aku gak bisa dateng di pesta ultah kamu. Karena nanti aku ada acara keluarga.” Kata Sasa.
“Yah.. Sasa gak dateng? Padahal aku ngarep Sasa bisa dateng.” Kata Adit.
“Iyah Sa. Gak seru kalau gak ada kamu Sa.” Kata Andre.
“Maaf yah.. sebenarnya aku mau banget datang. Tapi aku benar – benar gak bisa.” Kata Sasa.
Tiba – tiba papa Sasa memanggil untuk menjemput Sasa. “Sasa, ayo pulang.” Ajak papa.
“Aku pulang dulu yah.. Sorry.” Kata Sasa sambil masuk mobil.
“Kalian gak bareng aja sekalian Adit? Andre?” Tanya Papa Sasa menawari.
“Gak usah Om. Makasih.” Kata Adit dan Andre.
“Ya udah, kita pulang dulu yah?” kata Papa Sasa.
“Bye” kata Sasa dari dalam mobil sambil melambaikan tangan.
Akhirnya Adit merayakan birthday party tanpa Sasa.
---
Tak terasa waktu cepat berlalu. Sampai akhirnya waktu UN. Selama UN berlangsung.. Andre, Adit, dan Sasa jarang berkomunikasi karena sibuk belajar. Sasa juga sibuk di tempat lesnya. Sampai 4 hari UN berlangsung. Setelah selesai hari terakhir.. mereka bertiga langsung ke kafe buat makan – makan.
“Sa, udah selesai? Jadi ke kafe kan?” tanya Adit.
“Jadi.” Jawab Sasa dengan semangat. “Tapi Andre nya mana?” tanya Sasa.
“Tadi Andre langsung pulang ngambi motor.” Jawab Adit.
“Lha kita naik apa’an Dit?” tanya Sasa lagi.
“Aku bawa motor. Kamu tunggu depan gang sekolah deh yah?” perintah Adit.
“Oke deh.” Ucap Sasa setuju.
Sesampainya di kafe, ternyata Andre udah nunggu’in.
“Kalian kemana aja sih kok lama?” tanya Andre dengan nada kesal.
“Sorry.. Sorry.. Tadi aku masih ada perlu sama wali kelasku.” Ucap Sasa menjelaskan. “Aku yang traktir deh hari ini.”
“Beneran nih Sa?” tanya Andre.
“Kamu Dre. Kalau masalah gratisan, langsung aja.” Kata Adit mengejek.
“Haha.. Iyah aku yang traktir deh.. kalian pesan aja.” Kata Sasa.
Setelah memesan makanan, tak lama pesanan mereka datang. Lalu mereka makan sambil bercanda. Dan hari ini rencananya Sasa mau ngasi tau masalah kepindahannya.
“Gimana UN nya?” tanya Sasa memulai pembicaraan.
“Sebenernya siih gampang, tapi karena banyak yang lupa jadi gak bisa.” Kata Andre.
“Kamu selalu gitu Dre. Gak waktu ulangan, Ujian Nasional sama aja. Tapi kalau B.Inggris emang bener – bener sulit. Kamu tau kan Sa, kita gak bisa B.Inggris?” Kata Adit.
“Dari dulu tetep aja B.Inggris. udah dibantuin berkali – kali tapi gak ada hasilnya kalian. Kalau waktu pelajaran B.Inggris otaknya ditinggal di rumah siih.” Kata Sasa meledek.
“Iiihh Sasa kok gitu. Mentang – mentang yang bisa B.Inggris.” kata Andre.
“Kapan – kapan ajarin kita ya Sa? Aku janji deh akan serius!” kata Adit.
“Kapan – kapan? Sebulan lagi aku kan pindah?” kata Sasa dalam hati.
“Hello Sasa.. Ngelamun apa’an siih?” tanya Andre mengagetkan Sasa.
“Temen – temen, aku mau ngomong sama kalian. Aku rasa kalian udah boleh tau sekarang.” Kata Sasa membuat penasaran.
“Ngomong apa sih Sa? Jadi penasaran niih..” kata Andre.
“Sebulan lagi.. aku akan pindah ke Semarang. Papaku ada tugas di sana. Jadi aku harus ikut.” Sasa menjelaskan.
“Jadi Sasa mau pindah?” tanya Adit mempertegas.
“Iya. Aku akan tinggal di Semarang sama Kak Dimas dan kedua orangtuaku juga.” Kata Sasa menjelaskan.
Sejenak suasana yang tadinya penuh dengan tawa, seketika terdiam semua.
“Kenapa kamu gak di sini aja Sa?” kata Andre.
“Gak bisa. Yah gak mungkin juga Dre.” Kata Sasa.
“Lalu gimana persahabatan kita Sa?” tanya Adit.
“Kita kan masih bisa sahabatan Dre.. Dit. Kita juga masih bisa komunikasi kan?” Sasa menjelaskan.
“Apa kamu gak akan balik lagi ke sini Sa?” Adit terus bertanya sementara Andre diam.
“Insyaallah. Setelah lulus SMA nanti aku akan kembali ke sini sama Kak Dimas dan ngelanjutin kuliah di sini.” Kata Sasa.
“...” tak ada yang bicara.
“Aku harap kalian bisa jaga diri kalian. Sekolah yang rajin, berusaha ngerjain tugas sendiri ya.. karena bentar lagi aku gak bisa bantu kalian. Aku harap kalian tak akan lupa padaku. Simpan baik – baik kado dariku sebagai kenang – kenangan.” Kata Sasa panjang lebar.
“Sasaaa” ucap Andre dan Adit sambil menangis.
“Kalian jangan sedih dong. Kita akan tetap jadi sahabat.” Kata Sasa.
---
Setelah kejadian itu, Adit dan Andre tak pernah terlihat bersama lagi dengan Sasa. Mereka tak pernah main bersama lagi. Entah apa yang ada dalam pikiran Adit dan Andre sampai menjauh dari Sasa. Padahal Sasa sudah mau pindah. Meskipun bertemu di sekolah, mereka tak terlihat akrab. Waktu ulang tahun Sasa pun, mereka tak mengucapkan apapun. Sampai banyak teman – teman Sasa yang bertanya.
“Sa.. kamu, Adit sama Andre kenapa. Biasanya kalian selalu main bareng?” tanya Lyla.
“Iya Sa. Bukannya kalian akrab ya? Sekarang kok kayak gak kenal gitu sih?” tanya Alsa.
“Gakpapa kok. Biasa aja.” Jawab Sasa bohong.
Mama dan Papa Sasa pun juga bertanya,
“Sa.. Adit sama Andre kemana? Kok gak pernah main?” tanya Mama.
“Gak tau Ma. Sibuk mungkin. Bentar lagi kan udah wisuda.” Jawab Sasa.
“Waktu ulang tahun kamu? Kok gak kelihatan? Lagi marahan?” tanya Mama lagi.
“Enggak kok Ma. Mereka udah ngucapin ke Sasa di sekolah.” Jawab Sasa bohong.
“Masalah kepindahan kita udah kamu kasi tau?” Tanya Papa.
“Udah kok Pa. Udah dulu ya Pa.. Ma.. Sasa mau ke taman ada janji sama teman.” Ucap Sasa.
“Ya sudah hati – hati. Pulangnya jangan malam – malam.” Papa memperingatkan.
Sebenarnya Sasa tak ada janji dengan siapapun. Tapi Sasa sedang ingin sendiri. Jadi Sasa datang ke taman tempat biasa dia main sama Andre & Adit.
“Sepi gak ada siapapun. Kemana ya Adit sama Andre? Kenapa mereka malah jauhin aku saat aku mau pindah?” kata Sasa pada diri sendiri.
Sasa diam duduk di bangku taman.
“Sahabat bagaikan bintang.. Yang selalu menemani kesendirian rembulan.. Hingga mampu menerangi dunia.. Dalam kebersamaan
Sahabat bagaikan bintang.. Yang selalu menerangi.. Membantu melangkah agar ku tak terjatuh oleh batu keputus asa’an. Kau adalah sahabat terbaik yang pernah kami punya.” Terdengar seperti suara orang membaca puisi. Lalu Sasa menoleh ke belakang. Dan ternyata...
“Adit? Andre?” Ucap Sasa kaget.
“Happy Birthday Sasa.” Ucap Andre dan Adit bersamaan sambil memberikan kado ke Sasa.
“Happy Birthday? Ultah ku itu udah lewat 2 minggu yang lalu tau..” ledek Sasa.
“Kami tau Sa. Tapi kita kan belom ngucapin apa – apa ke kamu! Maaf ya.. kami selama ini ngejauh dari kamu.” Kata Andre.
“Alasannya?” tanya Sasa dengan ketus.
“Kami gak tau apa yang harus kami lakuin. Aku sama Andre masih bingung sama apa yang kamu bilang tentang kepindahan kamu Sa.” Kata Adit menjelaskan.
“Ya udah gakpapa. Yang penting kalian sekarang ada di sini.” Kata Sasa.
“Ini kado dari Aku dan Adit biar kamu nanti gak lupa sama persahabatan kita.” Kata Andre.
“Makasiih. Btw, puisi nya yang tadi boleh direplay gak?” kata Sasa meminta.
“Gak usah deh jelek. Kita kan gak bisa buat puisi kayak kamu Sa. Itu aja jadi udah bagus. Kita buat khusus untuk Sasa.” Kata Adit.
“Hehe.. bagus kok tadi puisinya. Nilai UN nya kan udah keluar. Nilai kalian lumayan cukup untuk masuk sekolah negeri. Aku harap kalian bisa lebih rajin sekolah. 2 minggu lagi aku berangkat ke Semarang.” Kata Sasa.
“Kok cepet Sa?” tanya Andre.
“Kalian siih ngilang.” Kata Sasa.
“Maaf deh. Kalau gitu kita selama 2 minggu ini akan selalu sama Sasa.” Kata Adit.
“Kalian tau dari mana aku di taman?.” Tanya Sasa.
“Tadi kita ke rumah kamu, tapi katanya kamu ke taman.” Kata Andre.
Begitulah akhir kegiatan mereka hari itu.
Setelah itu, selama 2 minggu mereka banyak menghabiskan waktu bersama sebelum Sasa pindah ke Semarang. Dan sehari sebelum Sasa berangkat, mereka makan – makan bersama sahabat – sahabat Sasa yang lainnya.
Sampai keesokan harinya, Sasa harus berangkat. Sasa mencari Adit dan Andre. Alsa, Rere dan Lyla sudah ada di rumah Sasa. “Kenapa mereka gak kesini yah? Apa mereka gak dateng?” kata Sasa dalam hati.
“Nunggu Adit sama Andre Sa, orang tua Lo udah nungguin tuh!” tanya Alsa.
“Iyah. Bentar ya..?” kata Sasa memohon.
“Ya udah gue bilangin dulu sama orang tua Lo Sa.” Kata Alsa.
Terdengar suara dari kejauhan memanggil nama Sasa. “Saasaaaa.” Teriak Adit dan Andre.
“Untung aja kamu belom berangkat Sa.” Kata Andre.
“Sorry ya lama Sa. Kita tadi masih nyari kado ini buat kamu.” Kata Adit.
“Kado lagi? ...kalian sahabat terbaikku.” Kata Sasa sambil menangis dan memeluk kedua sahabatnya.
“Sasa jangan nangis dong.” Kata Adit sambil melepaskan pelukan Sasa dan menghapus air mata Sasa.
“Sasa jangan lupain persahabatan kita ya?” Kata Andre.
“Sasa kembali ya.. kita tunggu 3 tahun lagi. Di taman tempat dulu kita semua ketemu dan pertama kali ketemu. 25 Juli jam 6 sore.” Kata Adit. Lalu Sasa masuk ke dalam mobil.
“Kita akan selalu nunggu Sasa.” Kata Andre.
Sasa melambaikan tangannya dari dalam mobil.
Di perjalanan, Sasa membuka kado dari Adit dan Andre. Isinya adalah diary berwarna biru. Warna kesukaannya. Dan tertulis surat di dalamnya.
“Kami gak tau mau ngasi apa buat kamu. Karena kami gak tau apa yang kamu inginkan sekarang. Jadi kami belikan kamu diary ini. Kamu bisa tulis apapun di buku diary ini. Saat kamu ada masalah atau yang lainnya. Diary ini bisa tembus ke hati kita lohh.. Hehehe. Adit dan Andre”
---
Sesampainya di Semarang, Sasa mimisan lau pingsan. Mungkin karena kecapekan, makanya Sasa langsung di bawa masuk untuk istirahat. Setelah Sasa sadar, di depannya udah ada Kak Dimas.
“Lo dateng – dateng langsung pingsan aja dek.” Kata Kak Dimas.
“Yee.. kok jadi lo yang sewot sih kak! Yang pingsan gue. Suka – suka gue dong.” Jawab Sasa nyolot.
“Dateng – dateng udah cari perkara aja ni anak.” Kata Kak Dimas.
“Peace. Damai kak. Capekk niihh.. lagi maless berantem.” Kata Sasa.
Beberapa hari kemudian, Sasa mendapat kiriman email dari Adit. Sasa langsung membuka kiriman dari Adit. Dan ternyata isinya adalah Video Adit dan Andre yang nyanyi lagu ‘Rindukan Dirimu’ sambil main gitar. Sasa langsung mengambil handphone dan menelphone Adit.
“Hallo? Adit?” tanya Sasa.
“Iya. Apa Sa? Udah terima email ku?” kata Adit.
“Udah. Aku baru tau kalo kamu sama Andre bisa nyanyi dan main gitar.” Kata Sasa meledek.
“Khusus buat Sasa.” Kata Adit.
“Makasih ya Dit.” Kata Sasa
“Sama – sama.”
---
Mimisan yang semula hanya biasa saja, sekarang malah tambah parah. Selama 3 hampir 3 tahun ini Sasa jadi sering mimisan, pusing dan pingsan. Lalu orang tua Sasa membawa Sasa ke dokter dan ternyata.. Sasa mempunyai penyakit leukimia stadium akhir. Sekarang Sasa sudah kelas 3 SMA. Setelah Sasa tau dia punya penyakit leukimia, Sasa jadi sering diam.
“Woyy dek, lagi nulis apa’an?” kata Kak Dimas mengagetkan Sasa.
“Aahh.. lo kak, ngagetin aja.” Kata Sasa.
“Emang nulis apa’an sihh serius banget.”
“Nulis surat buat sahabatku. Seandainya aku gak bisa kembali lagi ke Malang karena penyakit ini, aku harap kakak mau ngasi ini ke Adit dan Andre di Malang.”
“Lo jangan ngomong gitu dek. Lo sendiri dong yang harus ngasi itu ke mereka. Lo harus kuat dek.” Kata kak Dimas sambil nangis dan memeluk adik satu – satunya itu.
---
Waktu berputar sangat cepat hingga sekarang Sasa sudah harus menghadapi Ujian kelulusan tingkat SMA, tapi di sisi lain penyakitnya bertambah parah. Sasa tak mau mengikut kemoterapi. Sasa sukses mengikuti Ujian Nasional tingkat SMA dan mendapat nilai yang bagus.
Setelah acara wisuda, Sasa meminta untuk kembali ke Malang. Tapi orang tuamya melarang karena keadaan Sasa sekarang. Tapi akhirnya berkat bantuan Kak Dimas, Sasa boleh kembali ke Malang. Tapi seminggu sebelum keberangkatan Sasa ke Malang, keadaan Sasa malah memburuk. Sasa drop dan harus masuk rumah sakit.
20 Juli
Dokter bilang bahwa umur Sasa tak akan lama lagi. Keadaan Sasa sudah semakin parah. Dan Sasa ingin bicara dengan Kak Dimas dan Orang tua nya.
“Kak Dimas, aku boleh minta sesuatu sama Kakak?” tanya Sasa dengan lirih tak bertenaga.
“Apa dek? Lo bilang aja.” Kata Kak Dimas.
“Yang pertama, tolong jaga papa sama mama kalau aku udah gak ada.” Kata Sasa.
“Pasti itu dek.”
“Kedua, aku mau Kakak ngasi bungkusan kado yang ada di kamarku ke Adit dan Andre tepat tanggal 25 Juli jam 6 sore di taman.” Kata Sasa.
“Oke. Akan gue lakuin buat lo dek.”
“Aku sayang sama Papa.. Mama.. dan Kak Dimas. Makasih udah jagain Sasa selama ini.” Kata Sasa untuk terakhir kali.
Jantung Sasa tak berdetak lagi. Suasana yang tadinya hening menjadi penuh dengan suara isak tangis. Setelah itu.. Sasa dimakamkan di Semarang.
Setelah acara pemakaman Sasa selesai, Kak Dimas langsung pergi ke Malang untuk memenuhi permintaan terakhir Sasa. Tepat tanggal 25 Juli jam 6 sore, Kak Dimas sudah ada di taman yang disebut Sasa. Di situ Kak Dimas menunggu Adit dan Andre.
---
Adit dan Andre bergegas pergi ke taman berharap Sasa akan kembali dan ada di taman itu. Tapi ternyata setelah sampai di taman, Sasa tidak ada. Lalu ada seorang laki – laki mendekati Adit dan Andre.
“Kalian Daniel Adithya dan Davin Andrea?” kata pria itu.
“Iya benar. Kakak ini siapa ya?” tanya Adit.
“Kenalkan aku Dimas Pradana. Panggil aja Dimas. Aku kakaknya Sasa.” Kata pria itu memperkenalkan diri.
“Sasa? Sekarang Sasa dimana Kak?” tanya Andre.
Lalu Kak Dimas menceritakan semuanya kalau Sasa meninggal karena leukimia. Adit dan Andre menangis mengetahui sahabatnya sudah gak ada. Lalu Kak Dimas memberikan bungkusan kado dari Sasa ke Andre dan Adit.
“Ini bungkusan dari Sasa. Sasa menyuruhku untuk memberikan ini kepada kalian.” Kata Kak Dimas sambil mengeluarkan bungkusan kado dari tasnya. Setelah memberikan bungkusan itu, Kak Dimas langsung pergi.
Di dalam bungkusan itu ternyata isinya catatan tentang buku – buku pelajaran dan buku diary yang dulu pernah di berikan kepada Sasa. Sasa menulis semua kisahnya saat dia menghadapi penyakit leukimia nya. Dan itu membuat Adit dan Andre semakin menangis tersedu – sedu. Sasa juga menulis surat untuk Adit dan Andre.
Dear..
Daniel Adithya dan Davin Andrea.
Saat kalian menerima surat ini, mungkin aku udah gak ada lagi di dunia ini. Aku udah  pergi jauh dari dunia ini. Sebelumnya aku minta maaf karena aku tak dapat menepati janji kita bertiga untuk selalu bersama. Maaf juga aku gak bisa menepati janjiku untuk kembali ke Malang.
Gimana kabar kalian? Gimana sekolah kalian? Apa kalian menepati janji untuk sekolah lebih rajin? Gimana dengan pelajaran bahasa inggris kalian? Apa ada perkembangan? Aku berikan buku untuk kalian, agar kalian bisa belajar. Karena aku mungkin gak akan bisa lagi mengajari kalian.
Aku juga kembalikan diary yang kalian kasi buat aku. Aku sudah menulis semuanya di diary itu. Aku harap kalian bisa ngerti kenapa aku titipkan ini sama Kak Dimas.
Aku akan selalu mengingat kalian dan persahabatan kita. Aku tidak akan pernah melupakannya. Aku sayang banget sama kalian. Kalian adalah sahabat terbaik yang pernah aku kenal.
Aku punya satu permintaan sama kalian. Aku mau kalian jangan menangis saat aku pergi. Tetap kuat dan tegar, karena aku tak sepenuhnya pergi dari kalian. Aku akan tetap ada di hati kalian. Jangan pernah lupakan aku.
Salam
Kesya Amelia (Sasa)
~ THE END ~