Tak
kan Pernah Tergapai
Karya : Ismi
Roichatul Jannah
Berharap itu menyakitkan. Lebih menyakitkan lagi
kalau itu hanya sekedar angan yang tak akan pernah nyata. Aku tau, bagaimanapun
aku tak mungkin bisa menandingi Puspita. Dia adalah gadis yang baik, cantik,
pintar, dan menyenangkan, meskipun agak egois. Semua orang yang mengenalnya
pasti akan langsung menyukainya. Aku yang tak punya banyak teman tidak ada apa
– apanya dibanding Puspita.
~~~
Hari baru dimulai di sekolah yang baru. Rere Novita
Dewi yang biasa dipanggil Rere adalah seorang siswi yang baru saja masuk
sekolah menengah atas. Dia adalah anak yang tidak mudah bergaul. Jadi di
kelasnya yang baru, dia hanya mempunyai beberapa teman. Rifa Ananda, dan Lyla
Anggraeni. Dia juga satu kelas dengan sepupunya sekaligus sahabatnya yaitu
Anindya Dwi Puspita.
“Hai,
Re..” sapa Puspita ketika Rere masuk kelas.
“Hay
juga Puspita. Gak nyangka kita satu kelas.” Kata Rere ramah.
“Duduk
sama aku aja Re.” Kata Puspita menawari.
“Ya udah. Makasih.” Kata Rere
Akhirnya Rere duduk bersama Puspita. Toh Puspita
adalah sahabat sekaligus sepupuya. Rere sering sekali bercerita masalahnya
kepada Puspita. Karena Puspita adalah orang yang Rere percaya selain Lyla.
Setiap hari Rere sering bermain bersama Rifa dan
Lyla. Meskipun Puspita juga sahabatnya dan sepupunya, Rere jarang bermain
dengan Puspita karena Puspita lebih sering bermain dengan teman – temannya. Waktu
istirahat Rere, Rifa dan Lyla mengobrol di depan kelas setelah dari kantin.
“Re, Puspita kan sepupu kamu. Kok
kamu jarang kelihatan main sama dia?” tanya Lyla membuka pembicaraan.
“Dia kan punya banyak teman selain
aku..” Kata Rere menjelaskan.
“Tapi kamu kan sepupunya Re?” tanya
Rifa.
“Terus kenapa kalau aku sepupu
Puspita? Aku berbeda dengan Puspita. dia pandai bergaul dan punya banyak teman.”
Kata Rere lagi.
“Terus apa masalahnya?” tanya Lyla.
“Aku
gak begitu akrab dengan teman Puspita. Jadi biarin aja. Udahlah jangan
dibahas.” Kata Rere dengan agak ketus. Lalu meninggalkan Rifa dan Lyla
---
Di sekolah Rere mendapat tugas kelompok dari
gurunya. Jadi sepulang sekolah Rere akan kerja kelompok di rumah Bagas. Tapi
sebelum ke rumah Bagas, Rere dan teman – temannya pulang dulu untuk ganti baju.
Kebetulan kali ini Rere satu kelompok dengan
Puspita, Kevin, Rifa, Bagas dan Aldi. Rere dan Aldi udah ada di rumah Bagas
tapi yang lain belum ada yang datang. Akhirnya, Rere mengirim pesan kepada
teman – temannya.
Entah bagaimana nomor kontak Kevin bisa ada di hp
nya. Padahal dia tidak pernah merasa punya nomornya Kevin.
“Aku kok punya nomernya Kevin yah?”
kata Rere pada diri sendiri.
“Kemarin – kemarin kan kamu mintak
nomernya Kevin ke Andre.” Kata Aldi mengingatan.
“Hm..
kayaknya gak jadi dikasi deh. Ahh gakpapalah. Ngapain dibuat pusing.” Kata Rere
lagi.
Akhirnya beberapa menit kemudian, semuanya udah
sampe di rumah Bagas.
“Kalian lama banget. Sumpah. Aku
sama Rere nunggu kalian hampir satu jam.” Kata Aldi
“Tadi nungguin Rifa ini yang lama.”
Kata Puspita menjelaskan.
“Ya maaf. Habis gak ada yang ngasi
tau aku mau berangkat jam berapa.” Kata Rifa membela diri.
“Aku udah kirim ribuan pesan ke
kamu kali Fa, tapi gak ada yang masuk satupun.” Kata Rere menjelaskan.
“Ya maaf. Handphoneku tadi mati.”
Kata Rere dengan nada memelas.
“Haduh Rifa gimana siihh. Kita
telat gara – gara kamu nih” kata Bagas sedikit kesal.
“Ya
udahlah. Jadi ngerjain atau nggk niih? Keburu sore nanti..” kata Kevin yang
dari tadi hanya memperhatikan semuanya marah pada Rifa.
Setelah menyelesaikan tugas kelompok, Rere dan teman
– teman berkeliling sekitar rumah Bagas untuk mencari udara segar. Melepaskan
capek setelah mengerjakan tugas yang cukup membuat pusing.
Lalu semuanya berpamit untuk pulang.
“Hati
– hati ya Re.” Kata Kevin. Rere tak menjawab apa – apa. Malah Rere keheranan
dengan kata – kata Kevin.
Bagas
nganter semua temen – temennya sampe depan gang rumahnya. Rere ada di belakang
sendiri. Setelah semua temennya pulang, Rere ngomong sebentar sama Bagas.
“Makasih
ya Gas.” Kata Rere pada Bagas.
“Iya.
Hati – hati Re.” Kata Bagas.
“Hati – hati Re.” Kata Kevin lagi.
Rere heran sekali hari itu. Dia gak pernah tau kalau
sebenernya temennya baik – baik. Dan perhatian. Apalagi Kevin yang dari awal
masuk kelas X gak pernah akrab sama Rere. Sore – sore, dia sempet sms’an
sebentar sama Kevin. Rere masih mikirin sikap temen – temennya. Memang bener
kata orang, jangan menilai sesuatu hanya dari covernya. Kita harus mengenalnya
lebih baik untuk tau segalanya.
---
“Gimana tadi kerja kelompoknya
kemarin Re?” tanya Lyla yang dari tadi sudah menunggu Rere.
“Sempet kacau gara Rifa telat.
Ngomong – ngomong kemana itu anak?” tanya Rere
“Gak tau deh. Di kantin mungkin.”
Kata Lyla singkat.
“Ya
udah masuk kelas yuk.” Ajak Rere.
“Dimas sama Angga gimana Re?” tanya
Lyla sambil berjalan menuju kelas.
“Gak tau deh. Gak ada kabar. Gak
ada yang ngasi kabar sama aku.” Kata Rere
“Katanya sahabat. Kok gitu siih.”
Kata Lyla
“Udahlah
yah.. Temanku kan gak mereka aja. Jadi gak usah dibahas.” Kata Rere sedikit
ketus. Lyla langsung diam tak menanggapi lagi perkataan Rere.
Di dalam kelas, Puspita ternyata sudah menunggu Rere
untuk menanyakan tugas yang kemarin.
“Re, kamu gak lupa bawa tugas yang
kemaren kan?” tanya Puspita yang berada disampingnya.
“Enggaklah.
Aku bawa kok.” Kata Rere sambil meletakkan tasnya.
Rere sekarang mulai belajar untuk bergaul dengan
teman – teman sekelasnya. Tentu saja dengan sedikit bantuan Puspita. Tapi tetap
saja Puspita lah yang menjadi pusat perhatian di kelas.
---
Sore hari Rere melihat handphone-nya. Ternyata ada
pesan dari Kevin. Hanya membahas tentang pelajaran sekolah siihh... tapi Rere
senang bisa membantu.
Sekarang semenjak Rere punya nomernya Kevin, Rere
sering sms an sama Kevin. Meskipun gak sering – sering banget. Dan gak tau
sejak kapan, Rere seperti punya alasan lagi untuk tersenyum setelah kedua
sahabatnya Angga dan Dimas menjauh darinya. Kehadiran Kevin, Kevin Wijaya
memberikan senyuman di wajah Rere.
Rere dan Kevin mulai dekat meskipun gak deket
banget. Tapi di kelas, Rere merasa diasingkan. Rere melihat Puspita tertawa dan
bercanda bareng sama Kevin. Hatinya memang agak sedikit sakit melihat itu.
Ekspresi dan nada bicara Kevin pun tampak bersemangat ketika berbicara dengan
Puspita. Dari situ, Rere menyimpulkan kalau Kevin mempunyai perasaan sama
Puspita. Meskipun Puspita udah punya pacar. Dulu Puspita juga merebut perhatian
Dimas dari Rere. Puspita selalu menjadi topik pembicaraan Dimas dan Rere.
“Kenapa harus Puspita lagi? Aku harus ngalah lagi?”
kata Rere dalam hati. Rere memang tak seperti Puspita yang cantik dan mudah
bergaul. Tapi dia gak suka melihat semua yang diinginkannya selalu didapatkan
oleh Puspita. meskipun begitu Rere tak pernah membenci Puspita. Rere tetap
menyayangi Puspita sbagai sepupunya. Karna bagaimanapun, Puspita telah banyak
membantu Rere.
Biasanya Rere selalu cerita sama Puspita kalau Rere
lagi ada masalah. Tapi kali ini Rere gak mau ada yang tau dulu tentang ini.
“Selalu Puspita. Kenapa harus sepupuku?” gumam Rere. Rere tak pernah
menyalahkan Puspita. Rere tau kalau Puspita mempunyai banyak kelebihan yang
membuatnya disukai banyak orang.
Setiap hari Rere melihat Kevin tertawa bersama
Puspita. Puspita tak pernah merasa jika Rere mengharap pada Kevin. “Dari sekian
banyak teman cowok Puspita, kenapa harus Kevin yang aku lihat tertawa
bersamanya?” gumam Rere. Akhirnya Rere mengalah dan menjauh dari Kevin.
---
Tak terasa sudah setahun Rere berada di kelas satu.
Dan sudah setahun juga dia memperhatikan Kevin tapi tak pernah mendapat
perhatiannya. Beberapa minggu lagi, sekolah Rere mengadakan liburan ke pantai
untuk menutup tahun ajaran.
Hari ini Rere beranikan untuk cerita tentang perasaannya
sama Kevin kepada salah satu sahabatnya Lyla. Dari dulu tak ada yang tau
tentang Rere dan Kevin.
“Jadi kamu suka sama Kevin Re?”
kata Lyla setelah mendengar cerita Rere.
“Ini gak seperti yang kamu maksud
La, dia itu seperti menjadi pengganti Dimas buat aku. Dimas dan Angga yang udah
ngejauh dari aku.” Kata Rere.
“Hm.. terus gimana?” kata Lyla
singkat.
“Yah gak gimana – gimana La, Kevin
keliatannya suka sama Puspita. ya udah.” Kata Rere pasrah.
“Tapi kan Puspita udah punya pacar
setahuku!” kata Lyla menebak – nebak.
“Emang iya. Udah deh jangan
dibahas. Aku mohon jangan cerita siapa – siapa La. Cuma kamu aja yang tau. Aku
percaya sama kamu.” Kata Rere.
“Oke
deh Rere.”
---
Akhirnya waktu liburan pun tiba. Setelah menempuh
perjalanan jauh, akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Setelah sampai di
pantai, semuanya langsung berlarian. Ada yang foto – foto, main pasir. Kali ini
Rere bawa kamera. Dan entah gimana caranya, Rere dapet kesempatan foto bareng
Kevin. Rere seneng banget.
“Makasih Vin. Buat kenang –
kenangan.” Kata Rere pada Kevin.
“Sama – sama.” Balas Kevin
“Btw, senyum kamu gak ikhlas banget
siih..” gurau Rere.
“Yaelah. Gak makasih malah
ngeledek.” Kata Kevin
“Tadi
kan aku udah bilang makasih Kevin. Perlu aku ulang? MAKASIH KEVIN.” Kata Rere
sambil menekan kata ‘makasih’.
Kevin langsung pergi bermain tanpa menghiraukan Rere.
Rere seneng banget dapet foto berdua sama Kevin. Meskipun Rere tau harapannya
sama Kevin tak akan pernah tercapai. Setelah itu Lyla menghampiri Rere.
“La, aku dapet foto bareng Kevin.” Kata Rere
kegirangan.
“Seneng niih. Buat kenang –
kenangan.” Kata Lyla
“Hehehe..
mengaharapkan Kevin itu lebih sakit dari pada mengharapkan Dimas La. Dimas
bukan hanya sekedar mimpi, dia pernah jadi bagian dari hidupku. Tapi Kevin? Dia
hanyalah mimpiku yang tak akan pernah bisa aku gapai sampai kapanpun.” Kata
Rere mencoba ikhlas.
Lalu
Rere dan Lyla menghabiskan waktu foto – foto bersama baren temen – temen
lainnya.
~
THE END ~