Rabu, 16 April 2014

Cerpen "Tak kan Pernah Tergapai"

Tak kan Pernah Tergapai
Karya : Ismi Roichatul Jannah  
Berharap itu menyakitkan. Lebih menyakitkan lagi kalau itu hanya sekedar angan yang tak akan pernah nyata. Aku tau, bagaimanapun aku tak mungkin bisa menandingi Puspita. Dia adalah gadis yang baik, cantik, pintar, dan menyenangkan, meskipun agak egois. Semua orang yang mengenalnya pasti akan langsung menyukainya. Aku yang tak punya banyak teman tidak ada apa – apanya dibanding Puspita.
~~~
Hari baru dimulai di sekolah yang baru. Rere Novita Dewi yang biasa dipanggil Rere adalah seorang siswi yang baru saja masuk sekolah menengah atas. Dia adalah anak yang tidak mudah bergaul. Jadi di kelasnya yang baru, dia hanya mempunyai beberapa teman. Rifa Ananda, dan Lyla Anggraeni. Dia juga satu kelas dengan sepupunya sekaligus sahabatnya yaitu Anindya Dwi Puspita.
“Hai, Re..” sapa Puspita ketika Rere masuk kelas.
“Hay juga Puspita. Gak nyangka kita satu kelas.” Kata Rere ramah.
“Duduk sama aku aja Re.” Kata Puspita menawari.
“Ya udah. Makasih.” Kata Rere
Akhirnya Rere duduk bersama Puspita. Toh Puspita adalah sahabat sekaligus sepupuya. Rere sering sekali bercerita masalahnya kepada Puspita. Karena Puspita adalah orang yang Rere percaya selain Lyla.
Setiap hari Rere sering bermain bersama Rifa dan Lyla. Meskipun Puspita juga sahabatnya dan sepupunya, Rere jarang bermain dengan Puspita karena Puspita lebih sering bermain dengan teman – temannya. Waktu istirahat Rere, Rifa dan Lyla mengobrol di depan kelas setelah dari kantin.
“Re, Puspita kan sepupu kamu. Kok kamu jarang kelihatan main sama dia?” tanya Lyla membuka pembicaraan.
“Dia kan punya banyak teman selain aku..” Kata Rere menjelaskan.
“Tapi kamu kan sepupunya Re?” tanya Rifa.
“Terus kenapa kalau aku sepupu Puspita? Aku berbeda dengan Puspita. dia pandai bergaul dan punya banyak teman.” Kata Rere lagi.
“Terus apa masalahnya?” tanya Lyla.
“Aku gak begitu akrab dengan teman Puspita. Jadi biarin aja. Udahlah jangan dibahas.” Kata Rere dengan agak ketus. Lalu meninggalkan Rifa dan Lyla
---
Di sekolah Rere mendapat tugas kelompok dari gurunya. Jadi sepulang sekolah Rere akan kerja kelompok di rumah Bagas. Tapi sebelum ke rumah Bagas, Rere dan teman – temannya pulang dulu untuk ganti baju.
Kebetulan kali ini Rere satu kelompok dengan Puspita, Kevin, Rifa, Bagas dan Aldi. Rere dan Aldi udah ada di rumah Bagas tapi yang lain belum ada yang datang. Akhirnya, Rere mengirim pesan kepada teman – temannya.
Entah bagaimana nomor kontak Kevin bisa ada di hp nya. Padahal dia tidak pernah merasa punya nomornya Kevin.
“Aku kok punya nomernya Kevin yah?” kata Rere pada diri sendiri.
“Kemarin – kemarin kan kamu mintak nomernya Kevin ke Andre.” Kata Aldi mengingatan.
“Hm.. kayaknya gak jadi dikasi deh. Ahh gakpapalah. Ngapain dibuat pusing.” Kata Rere lagi.
Akhirnya beberapa menit kemudian, semuanya udah sampe di rumah Bagas.
“Kalian lama banget. Sumpah. Aku sama Rere nunggu kalian hampir satu jam.” Kata Aldi
“Tadi nungguin Rifa ini yang lama.” Kata Puspita menjelaskan.
“Ya maaf. Habis gak ada yang ngasi tau aku mau berangkat jam berapa.” Kata Rifa membela diri.
“Aku udah kirim ribuan pesan ke kamu kali Fa, tapi gak ada yang masuk satupun.” Kata Rere menjelaskan.
“Ya maaf. Handphoneku tadi mati.” Kata Rere dengan nada memelas.
“Haduh Rifa gimana siihh. Kita telat gara – gara kamu nih” kata Bagas sedikit kesal.
“Ya udahlah. Jadi ngerjain atau nggk niih? Keburu sore nanti..” kata Kevin yang dari tadi hanya memperhatikan semuanya marah pada Rifa.
Setelah menyelesaikan tugas kelompok, Rere dan teman – teman berkeliling sekitar rumah Bagas untuk mencari udara segar. Melepaskan capek setelah mengerjakan tugas yang cukup membuat pusing.
Lalu semuanya berpamit untuk pulang.
“Hati – hati ya Re.” Kata Kevin. Rere tak menjawab apa – apa. Malah Rere keheranan dengan kata – kata Kevin.
Bagas nganter semua temen – temennya sampe depan gang rumahnya. Rere ada di belakang sendiri. Setelah semua temennya pulang, Rere ngomong sebentar sama Bagas.
“Makasih ya Gas.” Kata Rere pada Bagas.
“Iya. Hati – hati Re.” Kata Bagas.
“Hati – hati Re.” Kata Kevin lagi.
Rere heran sekali hari itu. Dia gak pernah tau kalau sebenernya temennya baik – baik. Dan perhatian. Apalagi Kevin yang dari awal masuk kelas X gak pernah akrab sama Rere. Sore – sore, dia sempet sms’an sebentar sama Kevin. Rere masih mikirin sikap temen – temennya. Memang bener kata orang, jangan menilai sesuatu hanya dari covernya. Kita harus mengenalnya lebih baik untuk tau segalanya.
---
“Gimana tadi kerja kelompoknya kemarin Re?” tanya Lyla yang dari tadi sudah menunggu Rere.
“Sempet kacau gara Rifa telat. Ngomong – ngomong kemana itu anak?” tanya Rere
“Gak tau deh. Di kantin mungkin.” Kata Lyla singkat.
“Ya udah masuk kelas yuk.” Ajak Rere.
“Dimas sama Angga gimana Re?” tanya Lyla sambil berjalan menuju kelas.
“Gak tau deh. Gak ada kabar. Gak ada yang ngasi kabar sama aku.” Kata Rere
“Katanya sahabat. Kok gitu siih.” Kata Lyla
“Udahlah yah.. Temanku kan gak mereka aja. Jadi gak usah dibahas.” Kata Rere sedikit ketus. Lyla langsung diam tak menanggapi lagi perkataan Rere.
Di dalam kelas, Puspita ternyata sudah menunggu Rere untuk menanyakan tugas yang kemarin.
“Re, kamu gak lupa bawa tugas yang kemaren kan?” tanya Puspita yang berada disampingnya.
“Enggaklah. Aku bawa kok.” Kata Rere sambil meletakkan tasnya.
Rere sekarang mulai belajar untuk bergaul dengan teman – teman sekelasnya. Tentu saja dengan sedikit bantuan Puspita. Tapi tetap saja Puspita lah yang menjadi pusat perhatian di kelas.
---
Sore hari Rere melihat handphone-nya. Ternyata ada pesan dari Kevin. Hanya membahas tentang pelajaran sekolah siihh... tapi Rere senang bisa membantu.
Sekarang semenjak Rere punya nomernya Kevin, Rere sering sms an sama Kevin. Meskipun gak sering – sering banget. Dan gak tau sejak kapan, Rere seperti punya alasan lagi untuk tersenyum setelah kedua sahabatnya Angga dan Dimas menjauh darinya. Kehadiran Kevin, Kevin Wijaya memberikan senyuman di wajah Rere.
Rere dan Kevin mulai dekat meskipun gak deket banget. Tapi di kelas, Rere merasa diasingkan. Rere melihat Puspita tertawa dan bercanda bareng sama Kevin. Hatinya memang agak sedikit sakit melihat itu. Ekspresi dan nada bicara Kevin pun tampak bersemangat ketika berbicara dengan Puspita. Dari situ, Rere menyimpulkan kalau Kevin mempunyai perasaan sama Puspita. Meskipun Puspita udah punya pacar. Dulu Puspita juga merebut perhatian Dimas dari Rere. Puspita selalu menjadi topik pembicaraan Dimas dan Rere.
“Kenapa harus Puspita lagi? Aku harus ngalah lagi?” kata Rere dalam hati. Rere memang tak seperti Puspita yang cantik dan mudah bergaul. Tapi dia gak suka melihat semua yang diinginkannya selalu didapatkan oleh Puspita. meskipun begitu Rere tak pernah membenci Puspita. Rere tetap menyayangi Puspita sbagai sepupunya. Karna bagaimanapun, Puspita telah banyak membantu Rere.
Biasanya Rere selalu cerita sama Puspita kalau Rere lagi ada masalah. Tapi kali ini Rere gak mau ada yang tau dulu tentang ini. “Selalu Puspita. Kenapa harus sepupuku?” gumam Rere. Rere tak pernah menyalahkan Puspita. Rere tau kalau Puspita mempunyai banyak kelebihan yang membuatnya disukai banyak orang.
Setiap hari Rere melihat Kevin tertawa bersama Puspita. Puspita tak pernah merasa jika Rere mengharap pada Kevin. “Dari sekian banyak teman cowok Puspita, kenapa harus Kevin yang aku lihat tertawa bersamanya?” gumam Rere. Akhirnya Rere mengalah dan menjauh dari Kevin.
---
Tak terasa sudah setahun Rere berada di kelas satu. Dan sudah setahun juga dia memperhatikan Kevin tapi tak pernah mendapat perhatiannya. Beberapa minggu lagi, sekolah Rere mengadakan liburan ke pantai untuk menutup tahun ajaran.
Hari ini Rere beranikan untuk cerita tentang perasaannya sama Kevin kepada salah satu sahabatnya Lyla. Dari dulu tak ada yang tau tentang Rere dan Kevin.
“Jadi kamu suka sama Kevin Re?” kata Lyla setelah mendengar cerita Rere.
“Ini gak seperti yang kamu maksud La, dia itu seperti menjadi pengganti Dimas buat aku. Dimas dan Angga yang udah ngejauh dari aku.” Kata Rere.
“Hm.. terus gimana?” kata Lyla singkat.
“Yah gak gimana – gimana La, Kevin keliatannya suka sama Puspita. ya udah.” Kata Rere pasrah.
“Tapi kan Puspita udah punya pacar setahuku!” kata Lyla menebak – nebak.
“Emang iya. Udah deh jangan dibahas. Aku mohon jangan cerita siapa – siapa La. Cuma kamu aja yang tau. Aku percaya sama kamu.” Kata Rere.
“Oke deh Rere.”
---
Akhirnya waktu liburan pun tiba. Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Setelah sampai di pantai, semuanya langsung berlarian. Ada yang foto – foto, main pasir. Kali ini Rere bawa kamera. Dan entah gimana caranya, Rere dapet kesempatan foto bareng Kevin. Rere seneng banget.
“Makasih Vin. Buat kenang – kenangan.” Kata Rere pada Kevin.
“Sama – sama.” Balas Kevin
“Btw, senyum kamu gak ikhlas banget siih..” gurau Rere.
“Yaelah. Gak makasih malah ngeledek.” Kata Kevin
“Tadi kan aku udah bilang makasih Kevin. Perlu aku ulang? MAKASIH KEVIN.” Kata Rere sambil menekan kata ‘makasih’.
Kevin langsung pergi bermain tanpa menghiraukan Rere. Rere seneng banget dapet foto berdua sama Kevin. Meskipun Rere tau harapannya sama Kevin tak akan pernah tercapai. Setelah itu Lyla menghampiri Rere.
 “La, aku dapet foto bareng Kevin.” Kata Rere kegirangan.
“Seneng niih. Buat kenang – kenangan.” Kata Lyla
“Hehehe.. mengaharapkan Kevin itu lebih sakit dari pada mengharapkan Dimas La. Dimas bukan hanya sekedar mimpi, dia pernah jadi bagian dari hidupku. Tapi Kevin? Dia hanyalah mimpiku yang tak akan pernah bisa aku gapai sampai kapanpun.” Kata Rere mencoba ikhlas.
Lalu Rere dan Lyla menghabiskan waktu foto – foto bersama baren temen – temen lainnya.
~ THE END ~