Rabu, 19 Februari 2014

Naskah Drama



PERSELISIHAN YANG BERAKHIR BAHAGIA
April adalah anak yang selalu merasa dirinya paling cantik di sekolah. Tapi sayangnya dia sombong, dan karna kesombongannya itu ia tidak mempunyai teman. Berbeda sekali dengan Agustin. Agustin adalah anak yang baik dan juga cantik. Dan Agustin juga mempunyai banyak teman. Karena hal itu, April sangat benci kepada Agustin.
April    : “Aku adalah anak paling cantik di sekolah ini.”
Tiba – tiba Mei, Okta, Agustin dan Geny datang
       Mei      : “Dasar sok cantik, padahal Agustin lebih cantik daripada kamu.”
       Geny   : “Iya benar.”
       Okta    : “Agustin sudah cantik, baik lagi.”
       Mei      : “Iya, gak kayak kamu sombong.”
            April    : “Eh, kalau bicara jangan sembarangan ya! Emang kamu siapa berani bicara gitu ke aku?”
            Agustin: “Sudah jangan bertengkar. Maafkan teman – temanku ya April?”
April langsung pergi dan tidak menghiraukan perkataan Agustin. Saat April berjalan ke kantin, ia bertemu dengan Vebry.
            Vebry  : “Kenapa kamu benci sama mereka?”
            April    : “Aku tak suka dengan Agustin yang sok baik.”
            Vebry  : “Memang dari dulu dia begitu.”
            April    : “Kamu juga benci sama dia?”
            Vebry  : “Menurutmu?”
            April    : “Kelihatannya sih gitu. Ya sudahlah ayo kita ke kantin.”
Saat tiba di kantin Vebry & April bertemu dengan Agustin & teman-temannya.
            Geny   : “Kenapa Vebry si anak baru itu bisa sama April?”
            Okta    : “Mungkin sekarang mereka berteman.”
            Mei      : “Sepertinya begitu.”
            Agustin: “Sudah dong, jangan suka ngomongin orang. Gak baik.”
Mendengar  percakapan mereka, April dan Vebry langsung menghampiri Agustin dan teman – teman.
            Vebry  : “Hey, ngomongin apa kalian?”
            April    : “Berani banget kalian ngomongin kita berdua?”
            Mei      : “Memangnya kenapa? Kita gak takut sama kalian.”
            Vebry  : “Jangan pernah bentak-bentak kita ya!”
            Okta    : “Diam saja kamu. Baru sekolah di sini udah ikutan sombong.”
Agustin: “Sudah – sudah. Kalian itu setiap ketemu bertengkar terus. Sekarang kalian baikan.”
            April    : “Enak saja, gak mau!”
            Geny   : “Kita juga gak mau baikan sama kalian.”
            Vebry  : “Udah ayo kita pergi saja April. Bosen liat mereka.”
Keesokan harinya April & Vebry bertemu dengan Agustin dan teman-temannya, mereka  berniat memecah persahabatan Agustin & temen – temannya.
       April    : “Hai Vebry kamu tau ga sih Okta itu bilang kalau Agustin itu sok baik.”
       Vebry  : “Oh ya?”
Agustin dan teman-temannya mendengar percakapan April dan Vebry
       Agustin: “Apa benar kamu bilang begitu Okta??”
       Okta    : “Nggak aku ga bilang gitu.”
       April    : “Iya emang , aku loh denger sendiri kok.”
       Okta    : “Kamu jangan fitnah dong.”
       Vebry  : “Ngaku aja deh.”
Okta    : “Jangan ngada-ngada deh kamu, kamu pasti ingin memecah belah persahabatan kita.”
       Mei      : “Iya, pasti itu cuma akal-akalan kalian saja.”
       Agustin: “Udah jangan bertengkar itu cuma kesalah pahaman aja.”
Tanpa menghiraukan perkataan Agustin, April & Vebry langsung pergi meninggalkan mereka.Keesokan harinya Agustin, Mei, Okta dan Geny bertemu dengan Vebry. Tapi mereka tidak melihat April.
            Geny   : “Kemana si April?”
            Vebry  : “Emang kenapa kalian nanyain April? Penting buat kalian?”
            Mei      : “Nanya baik – baik jawabnya malah gitu.”
            Agustin: “Memangnya April kemana kok belum datang?”
            Vebry  : “Dia sakit. Kenapa?”
            Okta    : “Mana mungkin orang sombong kayak dia bisa sakit.”
            Geny   : “Iya, bener.”
            Agustin: “Sudah, bagaimana kalau kita nanti menjenguk April.”
            Okta    : “Ngapain kita jenguk dia! Dia kan sombong, sering jahatin kamu lagi Agustin.”
            Agustin: “Tapi bagaimanapun April tetap teman kita.”
            Mei      : “Ya udah dech. Kita ikut saja.”
Sepulang sekolah Agustin, Mei, Vebry, Okta dan Geny pergi ke rumah April untuk menjenguknya.
            Agustin: “Assalamualaikum.”
            April    : “Waalaikumsalam.” (Sambil menghampiri Agustin & teman – teman)
            Agustin: “Bagaimana keadaanmu April?”
            April    : “Aku sudah agak baikan. Kalian menjengukku?”
            Mei      : “Kamu pikir kita ngapain ke sini kalau bukan ngejenguk kamu?”
            April    : “Kalian tidak marah dengan ku dan Vebry?”
            Agustin: “Kenapa kita harus marah sama kamu?”
            Vebry  : ”Aku dan April kan sudah jahat sama kalian?”
            Agustin: “Kita semua udah maafin kalian berdua kok. Iya kan teman-teman.”
            Mei      : “Iya aku sudah  maafin kalian.”
            Okta    : “Iya, aku juga.”
            Geny   : “Aku juga udah maafin kalian.”
            Vebry  : “Terimakasih ya kalian semua udah mau maafin kita.”
            Agustin: “Itulah gunanya teman.”
April    : “Iya terimakasih ya, kalian memang teman – teman terbaikku.”
Vebry  : “Temen aku juga dong.”
Akhirnya setelah mereka berselisih cukup lama, sekarang mereka semua bersahabat untuk selamanya.

Narrative text



BUAYA TAK TAHU DIRI
Pada suatu hari, di tepi hutan yang subur ada sapi betina, sapi jantan dan anak mereka seekor sapi yang baru saja beranjak dewasa. Pemandangan tepi hutan yang yang indah dan rumput yang yang hijau subur membuat mereka gembira. Anak sapi berlarian ke sana ke mari.
Suatu hari si anak sapi minta izin kepada orang tuanya untuk bermain di tepi sungai. Sapi muda itu berjalan ke tepi sungai, ia melihat berbagai hewan kecil di sekitar sungai. Hatinya merasa senang saat melihat katak berloncatan kian kemari.
            Tak terasa ia sudah sangat jauh meninggalkan tempat kedua orang tuanya. Tiba – tiba ia mendengar suara rintihan minta tolong. Ternyata ada seekor buaya sedang tertindih pohon yang patah.
            Sang buaya merintih minta tolong kepada anak sapi. Buaya itu mengaku tertindih pohon setelah terjadi gempa bumi dua hari yang lalu. Sapi tidak mau menolong buaya tersebut karena sapi teringat akan pesan ibunya bahwa bangsa buaya tidak bisa dipercaya, mereka licik sekali. Suka makan daging hewan lainnya.
            Tapi buaya merayu sambil mengeluarkan air mata. Buaya janji bahwa dia tidak akan melukai sapi setelah sapi menolongnya. Sapi muda terpengaruh, Lama – lama ia merasa kasihan juga dan menolong buaya. Lalu sapi berusaha mendorong kayu itu sekuat tenaganya, dan akhirnya buaya terlepas dari tindihan kayu.
            Tapi...... astaga! begitu terlepas dari tindihan kayu, buaya itu langsung meloncat ke punggung sapi dan menerkam punuk si api. Sapi memekik kesakitan dan mengingatkan akan janji sang buaya bahwa dia tidak akan memakannya. Namun, buaya mengelak bahwa dia sudah minta tolong pada sapi untuk membebaskannya dari rasa haus dan lapar setelah tertindih kayu selama dua hari dengan memakan sapi.
            Lalu sapi meminta keadilan pada yang lain. Kebetulan saat itu ada tikar lapuk hanyut di sungai. Sapi menceritakan kerjadian yang menimpanya dan meminta pendapat tikar lapuk. Apa jawabannya? Tikar lapuk menjawab bahwa “sapi harus menerima nasibnya karna tikar juga mengalaminya. Ketika keadaannya masih bau dipakai, jika koto di besihkan setelah lapuk dan banyak yang bolong di buang ke sungai begitu saja.”
            Buaya membenarkan pekataan tika. Sapi protes dan bertanya lagi kepada keranjang hanyut. Namun, keranjang menjawab persis seperti tikar. Lagi – lagi buaya membenarkan pendapat keranjang tersebut. Tiba – tiba ada seekor bebek betina tua berenang, sapi dan buaya meminta pendapat bebek. dan bebek membenarkan perkataan buaya.
            Saat itu kebetulan Kancil lewat di depan Buaya dan Sapi. Kali ini Buaya yang meminta pendapat kancil. Ia yakin Kancil juga akan membenarkan pendiriannya. Lalu Kancil menjadi hakim dan Kancil meminta Sapi dan Buaya untuk mengulang kejadian yang di alami tadi. Buaya dan Sapi pun tidak keberatan untuk mengulanginya.
            Maka dilakukanlah pengulangan itu. Buaya kembali ke tempatnya semula Sapi mengembalikan kayu besar ke punggung buaya. Setelah buaya kembali di posisi semula, Kancil mendekati Sapi dan berbisik lirih “Ayo kita tinggalkan buaya jahat ini.”  Sapi baru sadar inilah kesempatan baginya lolos dari bahaya maut. Tanpa basa basi lagi Sapi mengikuti lari arah Kancil yang sudah meloncat lebih dulu.
            Buaya berteriak. Tapi Sapi dan Kancil tak menghiraukannya. Buaya itu meraung – raung dan siapakah yang akan menolongnya? Sapi dan Kancil sudah tidak mempercayainya lagi, hewan – hewan lain mungkin juga tidak akan percaya pada mulut manis buaya itu.
            Makanya jangan terlalu rakus dan tak tahu balas budi akibatnya bisa celaka sendiri.
English :
Crocodiles Doesn't Know It self
One day, on the edge of the lush forests exist cows, bulls and cow their children just grow up. Stunning views of the beautiful forests and lush green grass that makes them happy. The calf ran thither.
One day the cow boy asked his parents for permission to play on the river bank. Veal walked to the edge of the river, he saw a variety of small animals around the river. His heart was pleased to see frogs leaping to and from.
There was so much he had to leave his parents. Suddenly he heard the sound of groaning for help. Apparently there is a crocodile being crushed broken trees. The crocodiles moaning for help to the calf. Crocodile was admitted after a tree crushed an earthquake two days ago. Cows do not want to help because cow mother remembered the message that the crocodiles can not be trusted, they are very sneaky. Like to eat the flesh of other animals.
But woo her crocodile tears. Crocodile promise that he would not hurt the cow after cow to help him. Veal affected, Lama - long she felt sorry for and help the crocodile. Then the cow tried to push it as hard as wood strength, and finally crocodiles apart from under the wood.
But ...... gosh! so apart from under the wood, crocodile jumped into the back of the cow and the flames pounced hump. Cattle squealed in pain and will remind the alligator promise that he will not eat it. However, crocodiles deny that he ask the cow to free him from thirst and hunger after a crushed timber for two days by eating beef.
Then the cow asked for justice on the other. Just then there was a mat weathered drift in the river. Cows tell kerjadian that happened and ask my weathered mat. What is the answer? Mat weathered replied that "cows must accept his fate also experienced mat karna. When the situation is still the smell of worn, if koto in besihkan after decomposed and many are missing in the waste into the river just like that. "
Crocodile justify pekataantika. Cows protest and asked again to float basket. However, just like answering basket mat. Again - again crocodile justify the basket. Arrived - arrived there was an old female ducks swim, cows and crocodiles ask the opinion of a duck. and confirming the word duck crocodile.
When the hare happened to pass in front of the Crocodile and Cow. This time the crocodile who seek the deer. He believes hare would also justify its establishment. Then the hare hare a judge and ask for a repeat Cows and Crocodiles natural occurrence in earlier. Crocodiles and Cows would not mind to repeat it.
We conducted the repetition. Crocodile back into place large wooden cow returns to the back of a crocodile. After the alligator back in its original position, hare approached and whispered softly Cow "Let's leave this evil crocodiles." Cow realized this was a chance for him to escape danger. No strings attached anymore Cows follow a hare running direction'd jumped first.
Crocodile yelled. But cows and Kancil ignored. Crocodile roared - wailing and who will help him? Cows and hare are not believed anymore, animals - other animals probably would not have believed the crocodile's mouth sweet.
So do not be too greedy and ignorant reciprocation consequences could harm himself.

Recount Text



Trip To Jogja
On 21st December 2013, my friends and I had a trip to Jogja. I brought clothes, jacket, snack, drink, camera, bag and money for the trip. I left Pasuruan at 07.00 p.m. I danced together and played games with my friends. I saw a beautiful panorama along the journey in the next morning.
I arrived in Borobudur at 07.00 a.m. After that, I took a bath and bought sunglasses and souvenir for my brother and my cousin. After took a bath, I had breakfast. And then I entered in Borobudur temple with my friends. I and my friends took pictures with foreign tourist. After that, I and Ria bought t-shirt  for souvenir. When I walked out, I saw many souvenir sellers.
         
I got at Monjali at 01.00 p.m. I had lunch before I entered to Monjali. I saw a historycal diorama and lampion park. And I saw wonderful heroes lampions when I walked around Monjali.
       
I arrived in Parangteritis beach at 03.30 p.m. I took pictures my friends there. I saw wonderful slope. Unfortunatelly, I can’t saw sunset because it was cloudy. After that I wanted to buy t-shirt, but it was very expensive then I bargained it. And the seller didn’t give it to me. So I didn’t buy it.
  
I got at Malioboro at 08.30 p.m. I walked along Malioboro street with my friends. I bought a cap for souvenir. And then I helped my friend to bargain t-shirt for her brother. After that, I and my friend went back to the bus and got to the restaurant for dinner.
I left Jogja at 11.30 p.m. I slept on the wah home. I bought t-shirt, cap, bakpia, sunglasses and many accessories for my souvenir. I was tired but I felt very happy. That’s nice experience.

Rabu, 12 Februari 2014

Cerpen "Lagu Kenangan"



Lagu Kenangan
Karya : Ismi Roichatul Jannah           
Suara dari masa lalu itu masih berhembus kencang. Menyergapku dalam rindu yang dingin. Semakin mencoba ku membunuhnya, semakin ku tak bisa melupakannya. Kusadari, bayang – bayangmu tak hadirkan rasa benci. Tetapi rindu yang perlahan – lahan berhembus.
---
Lyla Anggraeni adalah seorang siswa di salah satu Sekolah Menengah Atas. Sekarang Lyla udah kelas 2 SMA. Siswa yang mempunyai otak pas-pasan tapi mampu masuk jurusan IPA bisa dibilang anak orang kaya. Lyla mempunyai 3 orang sahabat, bisa dibilang semunya anak orang kaya. Tapi Lyla tak pernah pilih – pilih dalam berteman.
Dua sahabatnya Alsa dan Sasa harus pindah keluar kota. Sekarang tinggal Lyla sendiri dan Rere. Mereka selalu menghabiskan waktu di kantin saat istirahat pertama.
“Re, sepi ya gak ada Alsa sama Sasa. Gak kerasa udah setahun lebih kita tanpa mereka.” Kata Lyla memulai pembicaraan.
“Iya.. Iya.. gak rame.” (sambil terus memakan makanannya)
“Makan terus siih, Re. Kerjaan Lo itu cuma makan aja bisanya.” Kata Lyla meledek.
“Wooww.” Kata Rere tak menanggapi kata – kata Lyla.
“Apanya yang wow?” tanya Lyla.
“Itu ... Lihat belakang dehh.. Keren.” Kata Rere memberi tau.
Lyla langsung berbalik badan dan melihat orang yang dimaksud Rere. Lyla tak berkedip melihatnya. Kaget dan seneng saat Lyla melihat pria tadi di sekolahnya.
“Gue kayak pernah liat tuh orang?” kata Lyla dalam hati sambil terus melihat pria itu.
“Wooyy, La. Gak sampe gitu juga ngeliatinnya.” Kata Rere mengagetkan Lyla.
“Apaan sih Lo, Re. Ngagetin aja.” Kata Lyla dengan nada ketus.
“Itu anak baru ya.. yang katanya pindahan itu. Ganteng ya..” kata Rere.
“Mungkin.” Balas Lyla cuek.
Setelah bel berbunyi, Rere dan Lyla langsung masuk kelas. Dan yang mengejutkan, anak baru itu masuk di kelas yang sama dengan Rere dan Lyla. Rere dan Lyla langsung kaget, terutama Lyla. Anak baru itu dipersilahkan memperkenalkan dirinya di depan kelas. Ternyata namanya Andrean Stefano. Biasa dipanggil Stefan. Lyla sontak langsung terkejut dengan nama itu.
“Anak baru yang ganteng itu masuk kelas kita. Dan Lo denger tadi namanya keren banget.” Kata Rere menghadap belakang, tempat duduk Lyla. “Pasti duduk sama Lo deh, La. Soalnya gak ada bangku kosong lagi.” Tambah Rere
Dan benar saja, ternyata bu guru menyuru Stefan duduk di sebelah Lyla. “Kenapa harus sebelah gue?” gerutu Lyla dalam hati. Lalu Stefan menuju tempat duduknya. Setelah itu bu guru melanjutkan menjelaskan materi pelajaran. Sedangkan Stefan dan Lyla ngobrol berdua.
“Hay La. Seneng bisa satu sekolah lagi sama kamu.” Kata Stefan dengan sopan.
“Ngapain Lo pindah ke sekolah ini? Pakek sekelas sama gue lagi.” Jawab Lyla ketus.
“ Gitu banget siihh.. Emang gue punya salah sama Lo?” tanya Stefan dengan nada melas.
“Lo nanya? Lo punya salah atau gak? Stupid.” Kata Lyla dalam hati.
“Gak jawab siihh. Bukannya dulu kita sahabat?” kata Stefan membuat Lyla terkejut dengan kata – katanya tadi.
“Oohh.. Lo masih inget kalau dulu kita sahabat. Tersanjung banget gue Lo masih inget. Itu kan dulu.” Kata Lyla dengan nada ketus.
Stefan langsung diam mendengar perkataan Lyla tadi.
Bel berbunyi. Tanda istirahat kedua. Semua murid berhamburan keluar kelas. Seperti biasa, saat istirahat kedua, Rere dan Lyla pergi ke perpustakaan.
“Ayo, Re. Cepet.” Kata Lyla buru – buru. Lalu Lyla dan Rere langsung pergi ke perpustakaan.
“Kenapa siihh Lo buru – buru banget.” Tanya Rere.
“Males di kelas.” Kata Lyla cuek sambil terus menatap bukunya.
“Bukannya Lo dapet temen baru, tadi sepanjang pelajaran Lo sama Stefan ngobrol terus. Gue kedengeran kale.” Kata Rere sambil mencari – cari buku.
“...” Lyla tak menjawab. Rere melanjutkan mencari buku.
Tiba – tiba Stefano datang.
“Hay. Gue boleh gabung?” tanya Stefan dengan sopan.
“Boleh.. Boleh..” kata Rere bersemangat. Sedangkan Lyla cuek dan terus membaca bukunya.
“Makasiih. Hm.. nama Lo siapa? Gue belom tau.” Tanya Stefan pada Rere
“Nama gue Rere.” Kata Rere.
“Re, gue ke toilet ya,, nanti gue langsung ke kelas. Lo kan udah ada yang nemenin.” Kata Lyla memotong pembicaraan Stefan dan Rere.
“Ya udah. Hati – hati yah La.” Kata Rere.
“Siip.” Kata Lyla.
Setelah Lyla pergi, Stefan dan Rere melanjutkan pembicaraan.
“Gue boleh nanya? Apa temen Lo itu selalu ketus kayak gitu?” tanya Stefan.
“Enggak siih. Kalau ketus nggak. Tapi agak cuek.” Kata Rere.
“Kira – kira apa yang ngebuat dia ketus ya?” tanya Stefan lagi.
“Gak begitu tau. Dia anaknya susah ditebak. Kenapa Lo tanya – tanya Lyla? Lo suka sama Lyla ya?” Kata Rere sambil melihat – lihat bukunya dan sesekali melihat Stefan.
“Enggak.. Enggakk.. anaknya kayak misterius gitu.” Kata Stefan.
Bel masuk berbunyi. Rere dan Stefan bergegas menuju kelas. Sesampainya di kelas, dilihatnya Lyla yang duduk di sebelah bangkunya Rere.
“Re, gue duduk sama Lo ya? Kali ini aja. Biar ulangan gue konsen.” Kata Lyla saat melihat Rere dan Stefan masuk.
Setelah pelajaran selesai, semua siswa bergegas untuk pulang. Rere pulang duluan karena Lyla masih ada piket di ruang Laboratorium. Stefan belum pulang karena masih ada masalah kepindahannya yang harus diurusi. Saat Lyla berjalan pulang, di gerbang dia bertemu dengan Stefan. Stefan mengajaknya pulang bareng.
“La, pulang bareng gue yuk.” Kata Stefan menawari.
“Gak usah makasi.” Kata Lyla masih dengan nada ketus.
“Ya ampun La. Sekali ini aja Lo jangan kayak gini. Nanti Lo sendirian disini.” Kata Stefan.
“Gak ada yang minta ditemenin.” Kata Lyla. Lalu Rere datang buat jemput Lyla.
“Gue udah ada Rere. Makasih ‘masih’ care sama gue. Tapi gak ngaruh buat gue.” Kata Lyla selalu dengan nada ketus.
---
Setelah pulang sekolah, Lyla di rumah Rere karena sorenya mereka mau ngerjain tugas bareng.
“Tadi, Lo ngobrol apa’an sama Stefan?” tanya Rere.
“Dia ngajak gue pulang bareng.” Kata Lyla terang – terangan.
“Waahh.. enak banget. Gue juga mau dianterin sama dia.” Kata Rere heboh.
“Gitu doang heboh. Jadi belajar atau enggak niihh?” kata Lyla.
“Jadilah. Tapi nunggu temen kita satu lagi. Bentar lagi juga dateng.” Kata Rere membuat penasaran.
“Terserah Lo. Gue mau ngerjain duluan.” Kata Lyla.
Saat Lyla dan Rere mulai belajar, Stefan dateng dan mau ikut ngerjain tugas bareng. Karena dia masih baru di sekolahnya.
“Hay La, Re..” sapa Stefan.
“Dia? Dia kok tau rumah Lo sih Re.” Tanya Lyla dengan nada tinggi.
“Tadi gue yang nawarin dia buat ikutan ngerjain tugas.” Kata Rere.
“Rere... kok Lo gak bilang sama gue.” Kata Lyla.
“Ya udahlah La,, kita brake dulu ya... gue mau ke kamar mandi dulu dan ambil minum buat kalian.” Kata Rere sambil berjalan ke dapur.
Akhirnya Lyla dan Stefan menunggu Rere di ruang tamu. Mereka hanya diam. Stefan gak berani ngomong apa – apa. Lalu Lyla menghidupkan radio yang ada di dekat meja ruang tamu.. Dan terdengar lagu yang judulnya ‘kamu selingkuh’. Lalu Lyla langsung mati’in radio tadi.
“Kok di mati’in sih La.?” Kata Stefan bertanya.
“...” Lyla gak menjawab.
“Lo kenapa siih La? Lo udah lupa sama semuanya? Kita sahabat La! Kenapa sikap Lo sekarang kayak gini ke gue?” kata Stefan. Lyla tetep gak menjawab.
“Gue yakin Lo masih inget semuanya. Dan lagu tadi lagu kesukaan kita dulu.” Kata Stefan.
“Itu dulu Fan.” Kata Lyla singkat.
“Kenapa Lo kayak benci sama gue siih?” tanya Stefan.
“Gue gak pernah benci sama Lo. Lo tetep sahabat gue. Tapi gue masih sebel aja sama Lo.” Kata Lyla.
“Sebel kenapa?” tanya Stefan.
“Gak usah dibahas.” Kata Lyla.
“Berarti kita baikan yah? Best friend forefer.”
“Iyah. Dimaafin deh.” Kata Lyla.
Setelah itu, Rere kembali dengan membawa minuman dan makanan untuk Lyla dan Stefan. Lalu mereka melanjutkan belajar bersama. Mereka bertiga menjadi sahabat. Sahabat yang kembali lagi untuk Lyla. Dan sahabat baru bagi Rere.
---
Lyla sebenernya sebel sama Stefan karena dulu Stefan pernah pergi tanpa kabar. Sebenernya bukan tanpa kabar. Stefan menitipkan sebuah surat lewat ayahnya Lyla.
Dear Lyla Anggraeni.
Sorry aku gak bisa main lagi sama kamu. Aku harus ikut pindah bersama orang tuaku. Maaf aku gak bisa pamit langsung sama kamu karena ini juga mendadak. Saat aku ke rumah mu untuk ketemu kamu, ternyata kamu gak ada. Jadi aku titipkan surat ini.
Aku harap kamu gak marah sama aku. Aku janji aku akan kembali secepatnya dan kita akan main bareng lagi. Aku pasti kangen sama kamu La.
Your Best Friend,
Stefano Andrea
Tapi surat yang Stefan tulis tak pernah sampai di tangan Lyla. Papa Lyla lupa memberikannya pada Lyla. Dan mungkin surat itu sudah hilang.
~ THE END ~