Selasa, 15 September 2015

Cerpen "Mawar Yang Layu"

Mawar Yang Layu
Karya : Ismi Roichatul Jannah           
Sebenarnya hidup itu tak serumit rumus fisika yang membuat pusing kepala. Asal kita menjalani dengan ikhlas dan mengikuti alurnya seperti air yang mengalir. Menjadi orang harus seperti bunga mawar. Berduri tapi indah. Dengan durinya, dia bisa melindungi dirinya sendiri. Meskipun banyak cobaan, pada akhirnya dia akan tetap mekar dengan indah. Namun tak selamanya mawar itu akan selalu hidup. Ada kalanya mawar itu harus layu pada saatnya.
~~~
Mawar Krisma Putri atau biasa dipanggil Mawar, anak kelas 8 SMP. Mawar mempunyai latar belakang keluarga yang kurang baik. Selain itu, Mawar divonis mempunyai penyakit limfoma, sejenis kanker darah sejak baru masuk SMP. Orang tua Mawar pisah sejak Mawar masih kecil. Sekarang, Mawar tinggal bersama Mamanya di sebuah komplek perumahan Jl. Merpati no. 5 di Surabaya. Mawar cantik, baik, dan pinter. Tapi Mawar juga anak yang tomboy, itu karena Mawar gak mau ada yang kasihan karena penyakitnya.
Mamanya sibuk bekerja. Tapi Mamanya selalu punya waktu untuk Mawar. Di sekolah, Mawar punya musuh—sebenarnya bukan musuh, tapi sering cari gara – gara sama Mawar. Namanya Angela Alexandra. Setiap mereka ketemu, pasti terjadi perang dunia. Apalagi sejak Aris Prayoga dekat dengan Mawar.
Ketika pagi di depan gerbang sekolah Mawar ketemu sama Angel.
“Ada anak mama baru dianter.” Kata Angel menyindir.
Mawar tak menghiraukan perkataan Angel dan tetap berjalan masuk sekolah.
“Sombong banget lo anak mama.” Kata Angel sambil menarik tangan Mawar.
“Kenapa? Lo ngomong sama gue A-N-G-E-L?” jawab Mawar ketus.
“Lo kira gue ngomong sama pohon?”
“Gak bosen cari gara – gara terus sama gue? Ngomong aja kalo lo itu iri.”
“Iri apa’an? Gak ada yang harus gue iri’in sama lo.”
“Lo iri karena orang tua lo gak pernah perhatian sama lo. Iya kan?”
Angel tak menjawab. Mawar langsung pergi ke kelasnya dan meninggalkan Angel. Sesampainya di kelas, Alvin udah nunggu di dalam kelas.
“Kenapa? Miss Lebay gangguin lo lagi?” kata Alvin
“Iya gitu deh.” Jawab Mawar santai.
“Gak bosen ya itu anak cari gara – gara sama lo.”
“Ya udahlah. Kemaren gue gak masuk ada tugas apa aja?”
“Ada tugas kelompok dari Miss Silvi. Ngebuat kayak karya ilmiah gitu, tapi ya dalam bentuk bahasa inggris pastinya.”
“Terus gue kelompok siapa? Dan.......”
“Pagi... Mawar udah masuk?” sapa Febri yang memotong pembicaraan Mawar.
“Terus kenapa? Lo gak seneng gue masuk?” kata Mawar sebel.
“Ya enggak. Kemaren itu.. gak ada Mawar kita kesususahan. Gak ada yang jawab pertanyaan guru, gak ada yang marah – marah, ..........” “udah stop ngomongnya.” Kata Mawar memotong omongan Febri.
“Satu lagi aja. Miss Angel jadi sok kuasa.” Kata Febri cepat – cepat menambahkan.
“Udah selesai ngomong nya? Lo ngomong kayak petasan. Udah gue mau ngomong sama Alvin.” Kata Mawar yang kelihatannya kesal.
“Maaf.” Kata Febri langsung ciut. Kayak petasan kena air, gak bisa nyala lagi.
“Siapa aja kelompok gue?” tanya Mawar lagi.
“Lo satu kelompok sama gue, sama Yoga dan ..... Febri.” Kata Alvin  memberi tau Mawar.
Tettt... tett.. bel masuk terdengar berbunyi. Semua siswa masuk kelas. Waktu di kelas, Yoga buat onar. Yoga langsung di hukum seperti biasa. Tanpa terasa bel istirahat sudah berbunyi.
“Gak basket War?” tanya Alvin.
“Gakk lah. Gue baru kemaren sakit Vin.” Jawab Mawar.
Akhirnya Alvin mengajak Mawar untuk berdiskusi tentang tugas kelompoknya.
“Hm.. Kapan mulai kerja kelompoknya?” tanya Alvin.
“Kalau bisa sihh hari ini.” Jawab Mawar.
“Kalau Yoga sama Febri sih nurut aja War.”
“Ya udah nanti pulang sekolah. Tapi gue nanti ke Miss Silvi dulu. Lo pulang aja dulu. Terus jemput gue lagi ke sekolah ya Vin.”
“Terserah lo deh War. Rumah deket aja minta jemput.”
Setelah pulang sekolah, Mawar pergi ke ruangan Miss Silvi. Setelah selesai dengan urusannya, Mawar nunggu Alvin di depan gerbang sekolah. Waktu mau berjalan keluar, Mawar ketemu sama Yoga yang bawa sepeda.
“Lo udah dikasi tau kan sama Alvin kalau hari ini mau ngerjain tugas di rumah Febri?” tanya Mawar.
“Iya. Ini mau ke rumah Febri. Lo kan tau gue baru selesai di hukum. Lo ngapain masih di sekolah?” Jawab Yoga.
“Baru dari Miss Silvi. Ini lagi nunggu Alvin. Males mau jalan.”
“Ya udah bareng gue aja. Kan mau ke rumah Febri juga.”
“Ya udah deh. By the way, sejak kapan lo gowes bawa sepeda? Setahu gue lo di anter jemput mobil.”
“Gak usah dibahas. Ayo cepet!”
Akhirnya Mawar dan Yoga bareng ke rumah Febri untuk ngerjain tugas. Sesampainya di rumah Febri, rumah Febri sepi.
“Cari Febri ya. Tadi Febrinya keluar.” Kata seseorang di sebelah rumah Febri.
Lalu ada Alvin dan Febri dateng.
“Feb. Gue kira keman.” Kata Mawar.
“Gak bisa di rumah gue deh. Rumah gue di kunci.”
“Terus ke rumah siapa?” tanya Yoga.
“Ke rumah lo aja deh War. Gak jauh – jauh banget.” Kata Alvin menyarankan.
“Jangan ke rumah gue!” kata Mawar.
“Kenapa? Ke rumah lo deh War. Biar cepet selesai.” Kata Yoga agak memaksa.
“Terserah kalian.” Kata Mawar pasrah.
Lalu Alvin, Yoga, Febri bareng ke rumah Mawar. Mawar dan Yoga nyampe duluan. Sedangkan Febri dan Alvin masih di jalan.
“Kok sepi War? Orang tua lo kemana?” tanya Yoga.
 “Mama gue jam segini belum pulang. Kerja.”
“Papa lo?”
“...” Mawar gak menjawab pertanyaan Yoga. “Gakpapa War?” tanya Yoga.
“Gakpapa. Gue gak pernah tau siapa papa gue. Dari gue kecil Mama sama Papa gue udah pisah.” Kata Mawar.
“Sorry. Gue gak tau.”
“Gakpapa. Yuk masuk.” Ajak Mawar.
Mawar langsung ke dapur untuk mengambil minuman. Setelah Mawar balik lagi ke ruang tamu, Alvin dan Febri udah ada di ruang tamu.
“Hah.. bagus udah ada minum. Udah capek banget War!” kata Alvin langsung mengambil minuman.
“Rakus lo.” Kata Yoga.
“Ye.... suka – suka gue. Mama nya Mawar aja gak keberatan kalo gue anggep rumah ini kayak rumah sendiri. Kenapa lo yang sewot?” kata Alvin ngomel.
“Rumah Mawar bagus ya? Katanya gak ada yang tau rumah Mawar. Anak satu sekolahpun gak ada yang tau dari dulu. Sekarang Febri tau rumah Mawar.” Kata Febri.
“Kecuali gue yang udah tau dari dulu rumah Mawar.” Kata Alvin.
“Mau ngerjain tugas apa mau ngoment rumah gue terus?” Mawar mulai kesal. Setelah Mawar  marah – marah, semuanya mulai ngerjain tugas.
“Kamus dong War.” Kata Yoga.
“Ambil aja sendiri di situ.” Kata Mawar sambil menunjuk lemari yang berisi buku – buku. “Kalau gak ada ambil di meja belajar gue.”
“Gue kan baru masuk rumah lo kali ini War.” Kata Yoga yang mengisyaratkan kalau dia gak tau dimana letak meja belajar Mawar.
“Vin, anterin dia nyari kamus. Lemari buku di kamar gue.”
Alvin dan Yoga meninggalkan Mawar dan Febri di ruang tamu. Alvin sudah sering keluar masuk rumah Mawar.
“Lo sering ke rumah Mawar?” tanya Yoga.
“Sering banget.” Kata Alvin sambil membuka pintu kamar Mawar.
“Sering masuk kamar Mawar?”
“Iya kalau dia males keluar.”
“Berarti lo kenal baik mamanya Mawar?”
“Iyalah. Gue kan temen Mawar dari kecil.”
“Emang Mawar gak risih apa? Ada yang masuk kamarnya? Maksud gue kan dia punya privacy. Apalagi buat anak remaja perempuan.”
“Emangnya lo liat Mawar kayak remaja perempuan yang centil kayak umumnya?”
“Enggak siihh.. dia...........” “Ni kamusnya. Lo mau nyari kamus atau ngintrogasi gue?” kata Alvin memotong bicara Yoga. “Ayo balik.” Ajak Alvin.
Setelah kembali ke ruang tamu, mereka semua lanjut mengerjakan tugas. Terdengar suara mobil dari luar rumah disusul seorang perempuan cantik berpakainan rapi masuk ke dalam rumah, Mama Mawar.
“Oh.. ada temen – temen Mawar! Mawar gak pernah bawa temen barunya ke rumah sejak kelas 8.. kecuali Alvin.” Kata Mama Mawar.
“Gak pernah?” tanya Yoga heran.
“Sama sekali?” tambah Febri dengan nada tinggi.
“Apa’an siih Ma!” kata Mawar tak menanggapi Yoga dan Febri.
“Apa kabar Alvin?” tanya Mama Mawar tak menghiraukan Mawar.
“Baik tante.” Kata Alvin singkat.
“Ya udah tante ke dalam dulu. Kalian lanjutin belajarnya.” Kata Mama Mawar.
Setelah Mama Mawar masuk, Yoga dan Febri masih heran.
“Kenapa?” tanya Yoga.
“Apanya?” balas Mawar ketus.
“Gakpapa.” Kata Yoga.
Setelah selesai mengerjakan tugas... Alvin, Febri, Yoga diajak makan bersama. Setelah makan, Febri, Yoga, Alvin pamit pulang. Di perjalanan, Yoga masih menanyakan tentang Mawar.
“Yang tadi dibilang Mamanya Mawar itu.... Mawar gak pernah ajak temennya ke rumah nya?” tanya Yoga.
“Kenapa emang?” balas Alvin.
“Ya aneh aja. Mawar kan punya banyak teman. Aneh gak ada yang pernah diajak ke rumahnya.”
“Ya terserah Mawar. Dia kan yang punya rumah.”
“Pasti punya alasan kan?”
“Gakk tau.” Kata Alvin cuek.
“Dulu kayaknya Mawar sering ngajak temennya ke rumahnya waktu kelas 1.” Sela Febri.
“Katanya dia gak mau di kasihanin.” Jawab Alvin.
“Dikasihani? Kenapa? Apa?” kata Yoga tak mengerti.
“Gak tau. Dia gak cerita ke gue masalah itu. Mungkin karena keluarganya. Ayahnya gak ada. Tapi meskipun gue yakin ada alasan lain sihh...” kata Alvin.
“Lo kan sahabat deketnya! Lo gak pernah nanya? Mawar gak pernah cerita?” tanya Yoga lagi.
“Gue emang sahabatnya. Tapi gue gak pernah maksa dia buat cerita dan gue GAK PERNAH ngintrogasi dia buat tau segalanya tentang dia.” Kata Alvin dengan menekankan kata ‘GAK PERNAH’ yang menandakan Alvin tak suka membicarakan sahabatnya.
Setelah itu mereka berjalan pulang dengan membisu. Tak ada yang bertanya – tanya lagi.
Keesokan Harinya di sekolah........
“Hai Mawar..”
“Hai Ga.. kenapa? Mau nanya tugas yang kemarin ya? udah selesai kan? Tinggal dikumpulin.”
“Gue bukan mau nanyain itu.” kata Yoga menjelaskan.
“Terus apa?” tanya Mawar gak ngerti.
“Gue mau ngajak lo ke toko buku yang di mall itu!” kata Yoga dengan cepat. “Ngapain?” tanya Mawar lagi.
“Lo kan sering ke toko buku tuh! Gue minta temenin aja kok!”
“Dari mana lo tau gue sering ke toko buku.. kok lo jadi sok tau sih?”
“Er—itu... buku lo banyak banget waktu gue lihat di kamar lo kemarin. Dan gue pernah liat lo di toko buku?” jawab Yoga tergagap. “Oh ya?” tanya Mawar  dengan ketus.
“Mau ya??” Yoga memohon – mohon. “Oke! gue ke kelas dulu.”
Saat mau ke kelas, tiba – tiba aja Angel menarik tangan Mawar.
“Ngomong apa tadi lo sama Yoga?” tanya Angel ketus. Wajah nya marah.
“Gak ngomong apa – apa! Tadi cuma ngomongin tugas. Gue satu kelompok sama Yoga. Lo gak tau??” jawab Mawar berusaha tenang tapi dengan nada menantang.
“Yang bener lo? Lo itu dari dulu selalu ngerebut apa yang gue punya! Dulu Dion, sekarang Yoga.”
“Sejak kapan Dion dan Yoga itu punya lo? Dion.. gue cuma temenan sama Dion. Dan Dion yang ngedeketin gue. Gue gak pernah ngerasa ngambil Dion dari lo. Kalo emang Dion itu punya lo, kenapa gak ikut pindah aja lo sama Dion. Biar sekolah gue tenang gak ada lo!”
“Berani – beraninya lo..............”
“Apa? Semua itu kenyataan. Gue gak pernah deketin Dion. Dan Yoga?? Gue cuma ngomongin tugas. Dia temen sekelas gue. Gue gak pernah ngerasa sama sekali pernah ngerebut apa yang lo punya. Mending berhenti cari gara – gara sama gue. Gue gak akan ngerebut Yoga.” Setelah itu Mawar melepaskan cengkraman Angel dari tangannya dan masuk ke kelas.
---
Sepulang sekolah, mau gak mau Mawar harus menepati janjinya sama Aris meskipun tadi ada sedikit masalah.
“Lo masuk duluan deh Ga. Gue mau ke toilet dulu.”
“Ya udah. Gue masuk duluan ya??
Mawar belum balik sampai Yoga sudah membayar bukunya. Akhirnya Yoga memutuskan untuk mencari Mawar. Dan Yoga melihat Mawar dari kejauhan di arena games. “Ngomong mau ke toilet malah ngegames.” Yoga langsung menghampiri Mawar dan langsung ngomel – ngomel.
“Mawar, lo dari mana sih? Bilangnya mau ke toilet malah disini. Gue khawatir nyariin lo. Kalo ada apa – apa sama lo nanti Alvin pasti ngamuk – ngamuk sama gue. Ayo pulang.” Mawar bingung dengan omelan – omelan Yoga dan Yoga langsung menarik tangan Mawar.
“Siapa sih lo narik – narik.” Kata Mawar ketus. “Lo apa – apaa sih War. Jangan bercanda deh! Ayo pulang.”
Tiba – tiba ada laki – laki yang menghampiri mereka. “Ada apa Melati?” tanya laki – laki yang baru aja dateng itu. “Ini nih. Ini orang tiba – tiba narik tangan aku. Manggil aku Mawar segala lagi.” Kata Mawar kepada laki – laki itu.
---
Sekarang malah Yoga yang bingung. Mawar dan cowok itu pergi sementara Yoga masih bingung dengan apa yang barusan terjadi. Yoga memutuskan pulang dan lewat toko buku itu lagi. Tiba – tiba ada orang yang manggil Yoga dan keluar dari toko buku. “Yoga...”
“Lho? Mawar?” tanya Yoga heran. “Ada apaan sih? Lo kok ninggalin gue? Gue nyariin lo di toko buku tadi.”
“Bukannya tadi lo pergi sama cowok itu??” kata Yoga masih bingung dan menggaruk – garuk kepala.
“Cowok siapa? Gue habis dari toilet langsung balik. Tapi lo malah gak ada.” Kata Mawar menjelaskan.
“Wahh.. Lo jangan bercanda dong!”
“Gue gak bercanda Yoga. Gue serius. Lo kenapa sih kok jadi bingung gitu. Dan gue pergi sama cowok? Siapa? Apa sih maksud lo? Gue gak ngerti.”
“Gue lebih gak ngerti lagi War. Haduh pusing gue!”
“Ya udah. Pulang yuk!” Ajak Mawar.
Sesampainya di rumah, Mawar dan Yoga ngobrol sebentar di teras.
“War, tadi itu sebenernya... gue kan nyari lo soalnya gak balik – balik. Nah gue lihat lo main games. Gue samperin deh.” Kata Yoga menceritakan apa yang tadi terjadi di mall.
“Gue gak main games. Udah gue bilang dari toilet gue langsung balik.”
“Nah itu yang gue bingung. Wajah lo mirip banget sama orang yang gue lihat di tempat games itu. tapi rambutnya emang lebih panjang sihh! Dan dia sama seorang cowok! Itu beneran bukan lo?”
“Harus berapa kali gue bilang Ga?”
“Tapi sumpah wajahnya mirip banget sama lo. Kayaknya tadi gue denger namanya disebut.. siapa ya?? Amel.. bukan – bukan.. Imel.. bukan.. Haduhh., siapa ya???” Yoga mikir – mikir buat nginget nama cewek yang mirip Mawar. “Melati.” Kata Yoga tiba – tiba.
“Apanya?” tanya Mawar gak ngerti. “Ya nama cewek tadi. Melati! Kebetulan banget ya? Wajah.. mirip.. nama juga nyambung! Sama – sama nama bunga. Mungkin kembaran kali lo sama cewek tadi.”
“Ada – ada aja lo. Mungkin cuma kebetulan! Udah.. udah.. sana lo pulang!”
---
“Mawar?” tokk.. tokk.. tokk.. tok.. Mama Mawar mengetuk pintu kamar Mawar.
“Mawar? Obat kamu yang tadi pagi sama tadi sore gak kamu minum ya?” tanya Mama Mawar dari luar. Tapi tidak ada jawaban dari Mawar.  Mama mulai panik. “Mawar?” tokk.. tokk.. tokk.. tokk...
Mama mencoba membuka pintu. Ternyata gak dikunci. Mama langsung masuk ke dalam dan melihat Mawar pingsan dengan muka pucat. “Mawar?” Mawar langsung di bawa ke rumah sakit.
---
“Vin, mana Mawar?” tanya Yoga. Dari pagi Yoga udah nyari Mawar tapi sampai bel masuk bunyi, Mawar belum ketemu. “Lah lo kira gue nyokapnya yang tau kemana si Mawar?” Jawab Alvin dengan sewot.
“Kan bisanya lo tau kemana Mawar!”
“Nyokapnya bilang dia sakit. Udah ah. Gue masuk kelas dulu.”
Sepulang sekolah, Yoga pergi ke rumah Mawar buat ngejenguk Mawar. Tapi di rumah Mawar gak ada siapa – siapa. Gak tau kenapa, Yoga kepikiran buat ke rumah sakit. Saat sampai di rumah sakit Yoga mendengar suster yang bicara tentang Mawar.
“Orangtua pasien di kamar 20, Mawar Krisma Putri bilang akan segera mendapatkan donor sumsum tulang Dokter.”
Donor sumsum tulang? Bukannya itu untuk penderita kanker darah? Apa mungkin yang disebut tadi bukan Mawar? Tapi namanya sama, Mawar Krisma Putri. Banyak pertanyaan di benak Yoga. Yoga memutuskan untuk melihat pasien yang dibicarakan, apakah benar itu Mawar atau bukan.
Setelah sampai di kamar nomer 20, Yoga langsung membuka pintunya. Dan yang sedang tidur ternyata benar – benar Mawar. “Mawar sakit kanker? Tapi kenapa Alvin gak tau? Gak ada yang tau tentang ini?” kata Yoga berkata pada diri sendiri. Melihat Mawar yang sepertinya akan bangun, Yoga cepet – cepet keluar dari ruangan.
“Tadi suara Yoga?” gumam Mawar. “Mungkin cuma halusinasi!” kata Mawar lagi.
---
Baru aja Mawar masuk gerbang sekolah, udah ketemu Angel. “Heh.. dari mana aja lo anak mama?” Mawar langsung jalan masuk ke kelas gak menghiraukan perkataan Angel.
“Mawar.” Yoga yang melihat Mawar sudah masuk sekolah, langsung menghampiri Mawar.
“Iya, ada apa Ga?”
“Lo udah pulang dari rumah sakit?” Ekspresi Mawar langsung terkejut mendengar apa yang diucapkan Yoga. “Rumah sakit? Dari mana lo tau?”
Yoga yang keceplosan langsung bingung mau jawab apa. “Er—itu.. Em—gue itu.. gue.. gue ke rumah lo tapi gak ada orang, ya gue pikir lo pasti di rumah sakit. Kata Alvin lo kan sakit.” Kata Yoga gugup.
“Oh.. gue ke kelas dulu.”
Mawar baru mau masuk kelas tapi Angel menghalangi jalan. “Udah berapa kali gue bilang, lo jangan deketin Yoga.” Mawar tidak menghiraukan perkataan Angel dan mau langsung masuk kelas tapi Angel mencekal tangan Mawar. “Mau kemana lo anak mama? Kenapa?”
“Gue gak deketin Yoga. Dan gue akan pergi ngejauh dari Yoga.” Lalu Mawar langsung masuk ke kelas. Di kelas, udah ada Alvin yang ngelihatin Mawar dan Angel dari tadi.
“Ngapain lagi si nenek lampir?” tanya Alvin saat Mawar udah duduk.
“Gak tau gue. Capek ngurusin si Angel.”
“Lo masih pucat. Kenapa lo masuk?”
“Gue udah baikan kok Vin.”
---
“Kamu udah pulang sayang?” Mama Mawar udah nunggu Mawar pulang dari tadi. “Iya Ma.” Jawab Mawar singkat dengan nada yang lemah. “Mama mau ngajak kamu ketemu seseorang. Kamu ganti baju dulu ya?”
Mawar langsung berjalan menuju kamarnya. Belum sampai di kamarnya, Mawar jatuh pingsan. Mama Mawar langsung membawa Mawar ke rumah sakit.
“Halo Alvin? Mawar masuk rumah sakit. Kamu bisa ke sini?.. Iya udah tante tunggu.”
Gak beberapa lama, Alvin dateng ke rumah sakit bareng Yoga, Febri dan... Angel. “Mawar kenapa tante?” tanya Alvin.
“Mawar dari dulu udah di vonis penyakit limfoma, sejenis kanker darah.” Jelas Mama Mawar.
“Kanker?” Angel sponten mengeluarkan suara. “Dari dulu Mawar gak mau ada yang tau tentang penyakitnya. Tapi sekarang kalian harus tau. Keadaan Mawar tambah parah.” Mama Mawar melanjutkan penjelasannya.
“Tante mau ke ruangan dokter dulu. Kalian tunggu di luar dulu ya?”
Semuanya duduk di depan ruangan Mawar. “Jadi ini maksud Mawar?” kata Angel tiba – tiba bicara. “Apa maksud lo nenek lampir?” kata Alvin langsung nyamber.
“Mawar bilang kalo dia bakal pergi ngejauh dari Yoga.”
“...” tidak ada yang bicara lagi.
Tiba – tiba ada yang datang. “Kamu?” kata Yoga tiba – tiba. Membuat yang lain melihat ke arah seseorang yang baru datang.
“Lo Mawar? Tapi Mawar kan sakit. Ada di dalam.” tanya Febri.
“Masak Mawar ada dua. Siapa lo?” tanya Angel juga.
“Dia bukan Mawar.” Kata Yoga menjawab pertanyaan Febri dan Angel.
“Iya. Dia bukan Mawar. Rambut Mawar lebih pendek, dan Mawar gak punya tahi lalat di bawah mata.” Kata Alvin menjawab dengan nada dramatis.
“Gue mau ketemu Tante Saras. Katanya Tante Saras ada disini.” Kata seorang cewek yang baru dateng.
“Tante Saras lagi sama dokter. Lo siapa?” tanya Yoga agak ketus.
“Nama gue Melati. Ini temen gue Kevin.” Kata Melati sambil memperkenalkan laki – laki bernama Kevin yang ada di sampingnya. “Gue disuru nenek nemuin Tante Saras.”
“Lo tunggu aja.”
---
“Melati ini kembaran Mawar, Melati selama ini ikut Papanya.” Semuanya terperangah mendengar perkataan Tante Saras. Antara kaget dan gak percaya. “Mawar membutuhkan donor dari Melati. Tapi untuk saat ini itu tidak bisa dilakukan karena keadaan Mawar tidak stabil.” Pinta Tante Saras pada Melati.
“Jadi Mawar gimana tante?” tanya Yoga.
“Mawar akan dibawa ke luar negeri untuk berobat. Melati mau ikut kan?”
Yang ditanya hanya diam. Air mata yang sudah dibendung, tidak bisa ditahan lagi oleh Melati. “Aku perlu waktu. Semua ini terlalu cepat.” Melati langsung lari keluar dengan air mata mengalir di pipinya. Kevin langsung menyusul Melati.
“Melati tunggu...” Kevin berteriak agar Melati berhenti. “Sebenarnya Ada apa ini Vin? Mama aku masih hidup.. Aku punya kembaran.. apa – apaan semua ini?”
“Melati.. Mawar itu saudara kamu. Masak kamu gak mau bantu?”
“Aku perlu waktu Vin.”
---
“Tolong doakan Mawar cepat sembuh ya.. Mawar akan kembali secepatnya setelah keadaannya membaik.” Kata Tante Saras memberi salam perpisahan.
Semua menatap sosok Mawar yang akan segera berangkat ke luar negeri. Tak ada yang mampu membendung air mata kesedihan yang ada. Semuanya mengalir begitu saja.
“Sampai ketemu lagi Mawar. Cepet sembuh ya!” kata Yoga dalam hati.

~THE END~

0 komentar:

Posting Komentar